Infosumbar.net – Salah satu bintang tarkam Sumbar, Angga Pepo beberkan bayaran yang diperoleh pemain pada alek sepakbola amatir itu. Geliat pertandingan sepakbola tim-tim lokal itu malah jadi pilihan pemain pro atau semipro yang biasa berkompetisi di tim mapan, apalagi ketika PSSI memilih menghentikan Liga 2 dan 3.
Menurut Angga, bayaran pemain tarkam untuk satu turnamen berbeda-beda. Nominalnya tergantung label pemain yang diminta oleh pemilik tim.
Misal, untuk pemain Sumbar label Liga 3 yang main tarkam di Riau bisa menerima bayaran Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu per pertandingan. Honor itu di luar transportasi akomodasi dan makan.
Beda lagi kalau pemain label Liga 2 atau Liga 1. Harganya bisa mencapai Rp 1 juta hingga 2 juta setiap pertandingan.
“Dalam satu tim itu harganya berbeda. Tergantung label pemain,” kata salah satu pemain tarkam sekaligus agen pemain, Angga Pepo pada infosumbar beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk tarkam wilayah Sumbar, bayaran tertinggi itu sekitar Rp 500 ribu. Nominal tergantung kelas turnamen dan lokasi turnamen. Bayaran terendah sekitar Rp 50 ribu-100 ribu jika main di area terdekat dengan domisili.
“Selama ini yang bayaran sampai segitu kalau main di Pasaman Barat atau Solok Selatan,” ujar mantan pemain Persepak Payakumbuh.
Walaupun sering menerima bayaran menggiurkan, tidak jarang para pemain tanpa membawa pulang uang setelah pertandingan.
“Kadang sering zonk juga. Misal main dengan tim teman. Kadang tidak semuanya bicara uang. Ada hubungan perteman yang tidak bisa dipatok harga,” beber agen asal Limapuluh Kota ini.
Angga membeberkan, menjalani profesi sebagai pemain tarkam cukup menjanjikan. Penghasilan yang didapat dalam sebulan cukup besar.
Bila sedang musim turnamen, setidaknya para pemain tarkam bisa bermain minimal 10-15 pertandingan di Sumbar atau luar Sumbar.
Jika dikalkulasikan, paling sedikit para pemain bisa menerima gaji Rp 5 juta sebulan. Cukup menggiurkan, karena selain bisa melepas hobi juga bisa menghasilkan uang cukup besar.
Hasil itu menurut Angga jauh lebih besar jika dibanding bermain di liga amatir seperti Liga 3.
“Wah, kalau penghasilan sangat jauh bedanya. Liga amatir kadang cuma jadi kebanggaan karena bisa bela daerah,” ungkap pemain yang bekerja di Pemko Payakumbuh ini.
Bermain tarkam dan liga juga memiliki skema yang berbeda. Di liga, pemain dituntut memahami game plan pelatih.
Bermain dengan skema serta proses untuk mencetak gol dalam meraih kemenangan.
Tidak sama halnya dengan bermain di tarkam. Pemain hanya punya tujuan menang. Raih kemenangan dengan cara apa pun (tetap dalam aturan).
Sejak dihentikannya Liga 2 dan Liga 3, sejumlah pemain banyak yang terpaksa bermain di tarkam.
Sebut saja seperti Yohan Saputra (Perserang Liga 2), Fachri Doriak (PSCS/Liga 2), Kevin (eks PSPS Liga 2), Triadi Rahmat (PSCS Cilacap).
Bermain tarkam menjadi salah satu jalan lain bagi pemain agar tetap bisa menghasilkan uang. Lebih dari itu, pemain juga memanfaatkan tarkam untuk tetap menjaga kondisi fisik dan mengasah mental bermain.
Tarkam adalah turnamen sepakbola antar kampung/klub (tarkam) yang diselenggarakan organisasi pemuda, masyarakat di luar agenda asosiasi sepakbola.(rdv)