Infosumbar.net – Setelah dilakukan Serah Terima Jabatan (Sertijab) di Polda Sumbar pada Selasa (19/07/2022), dan pisah sambut di Polres Solok Kota pada Kamis (21/07/2022).
AKBP Ahmad Fadilan S.Si., M.Sc., M.Si. resmi menjabat sebagai Kapolres Solok Kota menggantikan AKBP Ferry Suwandi S.I.K.
AKBP Ahmad Fadilan berasal dari Palembang Sumatera Selatan.
Pria kelahiran 09 Februari 1978 ini, memiliki istri Dewi Fadilan dan dua orang anak yang saat ini menetap di Palembang.
Fadilan, sapaan akrabnya merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Ayahnya (Alm) berkerja sebagai PNS di salah satu univeristas Islam di Palembang dan ibunya bekerja di PDAM. Diantara ketiganya, hanya Ahmad Fadilan yang melanjutkan karir sebagai polisi.
Fadilan, merupakan alumni Universitas Sriwijaya Palembang pada Jurusan Kimia Murni. Selama berkuliah, Fadilan aktif menjadi aktivis, ketua senat dan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Selain itu, selama berkuliah ia juga sempat menjadi Ketua Uum IKA HIMKI (Ikatan Mahasiswa Kimia se-Indonesia).
“Ketika kuliah tahun 1998 yang termasuk sebagai tahun revolusi indonesia saya termasuk aktivis kampus, ketua senat dan juga ketua DPM. Selain itu saya pernah menjadi ketua IKA HIMKI Ikatan Mahasiswa Kimia se-Indonesia dimana saat itu saya adalah orang pertama yang menjadi ketua organisasi mahasiswa se Indonesia yang berasal dari luar pulau jawa. Lumayan berat bebannya, saya tinggal komitmen dengan diri saya saja, makanya selama saya sering keliling indonesia,” katanya saat diwawancarai Infosumbar di rungannya pada Rabu (27/07/2022).
Sementara itu, perjalanan karirinya dari Sarjana Kimia hingga menjadi polisi dimulai pada tahun 2002 saat teror bom bali terjadi.
Disaat itu, Polri membutuhkan banyak SDM pada keilmuan eksakta.
“Saat itu Polri membuka kesempatan berbagai bidang ilmu termasuk sarjana kimia untuk menjadi perwira. Kemudian dari kampus ditawarkan melalui jalur Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS). Padahal sebelumnya saya sudah bekerja disalah satu perusahaan swasta. Dengan mengikuti saran dosen dan teman, akhirnya saya coba ikut dan ternyata lolos seleksi saat itu bersama tiga orang lainnya,” ujarnya.
Setelah lolos seleksi pun, ia sempat belum yakin karena sebelumnya memang sudah ada pekerjaan yang cukup matang.
Namun, hal itu diyakinkan dan diberi motivasi oleh ayahnya.
Fadilan mengatakan ayahnya lah yang dulu yang termasuk memotivasinya untuk menerima dan beralih profesi sebagai Polri dan pada akhirnya Fadilan yakin untuk melanjutkan karirnya di kepolisian.
Setelah lolos seleksi masuk polisi lewat sarjana untuk perwira Polri, Fadilan mengikuti pendidikan AKPOL selama sebelas bulan. Kemudian, dinas pertamanya di Laboratorium Forensik Polda Palembang Sumatera Selatan dari tahun 2003 hingga 2010 sebagai pemerikasa barang bukti yang hasilnya digunakan sebagai kepentingan penyidikan.
“Karena saya polisi forensik yang saat itu sedikit komunitasnya, saya dapat master double degree saya itu melalui beasiswa. Gelar M.Si di UNSRI dapat dari beasiswa Bappenas, kemudian gelar M. Sc, dari beasiswa pemerintah belanda, konsentrasional M. Sc nya di Delft University of Technology Belanda tahun 2008 hingga 2009 saat saya masih sebagai perwira,” tuturnya.
Salah satu dari sekian kasus yang sempat ditanganinya bersama tim Forensik Polda Sumsel adalah dikala penemuan mayat tanpa kepala yang sempat menghebohkan Palembang dikala itu.
“Salah satu kasus yang saya tangani saat itu bersama tim adalah penemuan mayat tanpa kepala yang terjadi di Palembang. Saat itu kami bersama tim memerikasa semua bukti, hingga pelaku bisa ditangkap dan bagian tubuh yang hilangpun dapat ditemukan,” tuturnya.
Setelah itu, Fadilan mendapat panggilan menjadi Staf Pribadi Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Spripim) tahun 2010 hingga 2016 di Mabes Polri. Kemudian, tahun 2016 hingga 2022, setelah lulus Sespim, Fadilan dipindahkan ke Divhubinter dan sempat tiga setengah tahun di Tawau, Malaysia.
“Enam tahun di Interpol, salah satu bagian dari Divisi Hubungan Internasional Polri yang termasuk mengurusi personil Polri di luar negri. Ketika saya ditugaskan diluar negeri saya sudah menjadi Divhubinter atau Interpol sejak 2016 sejak saya selesai Sespim. Saya sudah jadi orang Interpol dulu baru saya lolos seleksi, setelah selesai selama satu setengah tahun diluar negeri,” kata dia.
Selama tiga setengah tahun di Serawak Malaysia sebagai perwakilan Polri, Fadilan menjelaskan beberapa tugasnya diantaranya membina hubungan baik dengan kepolisian setempat, meningkatkan kapasitas kepolisian indonesia maupun kepolisian negara ditempat ia bertugas seperti sharing ilmu, sharing penanganan kasus, yang ia fasilitasi.
“Misalnya tiap tahun saya mengundang instruktur dari Mabes Polri, untuk menyampaikan materi di kepolisian, malaysia tempat saya tugas. Kemudian meningkatkan kerja sama peningkatan hukum. Misalnya ada kasus penyeludpan narkoba, penyeludupan barang terlarang, termasuk penyeludupan orang dengan adanya perwakilan polri disitu, diharapkan komunikasinya bisa intens,” ujarnya.
Adapun hingga sampai hari ini, Fadilan menyebut salah satu motto hidupnya seperti pepatah Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah.
“Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah pertama. Itu motivasi hidup saya juga, artinya apapun yang akan terjadi di masa depan atau hal-hal yang besar dihidup ini pasti dimulai dari hal yang kecil. Dan satu langkah pertama itu memang sulit. Jangan pernah sepelekan hal kecil. Misalnya, sebelum saya sampai didetik ini saya dulu awalnya ditelfon oleh teman dan dosen yang memotvasi saya untuk bisa menjadi polisi, dan akhirnya saya coba. Kan itu hal kecil bisa saja saya abaikan dan kalau misalnya saya abaikan saya tidak disini sekarang,” tutupnya. (Ayi)