Selama ini banyak kita sering menggunakan percampuran dan pergantian bahasa dalam kehidupan sehari-hari, dan ada yang pro dan kontra tentang hal tersebut.
Namun infoSumbar bukan membahas pro atau kontra nya, infoSumbar hanya akan membahas 5 hal pentingnya menggunakan bahasa Minang (bahasa Daerah) sejak dini:
1. Bahasa daerah adalah identitas
Buat semua orang Minang yang pernah ke Jakarta, pasti pernah belanja ke Tanah Abang kan? Berkomunikasi dengan teman ketika belanja di Tanah Abang dengan Bahasa Minang, dalam hitungan menit mungkin detik pasti bakalan ada orang yang menyela pembicaraan kalian
“Wess, urang Padang, urang awak juo.”
“Masuk lah diak, sakampuang wak mah.”
“Padang nyo dima diak?”
Setidaknya kita bisa mendapatkan diskon dengan berbelanja dengan sesama orang sekampung, tapi kembali lagi, bisa mendapatkan diskon itu sebenarnya adalah skill bukan kemampuan bahasa juga sih.
Tapi terlepas dari dapat diskon di Tanah Abang, menggunakan Bahasa Minang merupakan identitas bahwa kita orang Minang.
2. Bahasa Daerah Membuat Kita Saudara
Balik lagi dengan kondisi mendapatkan diskon di Tanah Abang, orang Minang memiliki budaya merantau, jadi banyak dari orang Minang pasti tersebar di seluruh Indonesia.
Setidaknya dengan menggunakan bahasa Minang saat berkomunikasi dengan teman sesama perantau, pasti kita akan bertemu dengan orang yang akan mengerti bahasa kita, dan biasanya orang minang pasti akan nyosor di saat anda berbicara, sehingga anda akan menemukan saudara di negeri perantauan.
3. Bahasa Daerah Mempermudah Berkomunikasi
Tidak hanya mengikat tali persaudaraan dengan sesama saudara perantau bagi yang merantau, tapi juga mempermudah berkomunikasi bagi masyarakat minangkabau yang berdomisili di Sumatera Barat. Setidaknya dengan bahasa Minang, generasi tua masih bisa berkomunikasi dengan generasi muda. Dengan menggunakan Bahasa Minang setidaknya si Cucu bisa mengerti perkataan si Nenek nya dan begitu pun sebaliknya, sehingga tidak akan terjadi misunderstanding.
Gak mungkin kan si Cucu bicara pada si Nenek
“Nenek jangan galak dong”
“Kau yo kurang aja lah, aden bangih kau kecekan galak.”
Dan ding dong deng, masalah pun pasti akan muncul.
4. Orang Minang Kalo Ngomong Bahasa Indonesia, Pasti Bahasa Minang nya Kebawa. Dak ada tu do
Mungkin anda sering melihat kutipan ini di meme, percaya atau tidak, jika orang Minang berdomisili di Sumatera Barat dan diajarkan Bahasa Indonesia oleh keluarga nya, maka setelah memasuki jenjang pendidikan, usia 6 tahun ke atas, bahasa nya akan mengalami code mixing dan code switching (percampuran dan pergantian bahasa- informasi lebih lanjut bisa check di sini ).
Maka dari itu terbentuk nya bahasa baru yang biasa kita sebut dengan istilah bahasa ”anak padang”. Seorang anak akan mampu menerima bahasa di saat usia golden age, jadi jika bahasa yang di dapat nya berbeda dengan bahasa lingkungan maka si anak akan mengalami code mixing dan code switching.
Misalnya :
“Aku terkurung dari luar nih aa.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terkurung itu artinya tertutup dalam ruang (rumah atau sebagainya), sedangkan dari kondisi di atas sudah pasti dia tidak tertutup dari dalam rumah melainkan terkunci dari luar.
Jadi sepatutnya dalam penggunaan bahasa Indonesia, yaa
“Aku terkunci dari luar ni.”
Yang penting kita jangan asal comot bahasa Indonesia kepada Bahasa Minang, banyak contoh dalam percakapan seperti
Tertungkuk padahal sebenarnya Telungkup atau Terjatuh
Atau penggunaan kata ulang yang tidak pada tempatnya, misal:
Terjatuh-jatuh padahal sebenarnya cukup terjatuh atau terjatuh lagi, kalau dia terjatuh-jatuh berarti dia berdiri dan jatuh dan berdiri lagi kan. Jadi setidaknya kita jangan mencampurkan bahasa Indonesia dengan Bahasa Minang atau bahkan meng-Indonesia-kan bahasa Minang.
5. Bahasa yang Diajarkan adalah Bahasa Sehari-hari Orang Tua
Ini mungkin masalah utama dari cara ber-bahasa di kehidupan kita sehari-hari. Jika orang tua berkomunikasi dengan bahasa Minang, sedangkan mereka mengajarkan bahasa Indonesia kepada anaknya.
Mungkin secara garis besar si anak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih, tapi hanya sekedar bahasa nya, tidak dialek nya. Bahasa Minang memiliki vocal é keras, dan konsonan K keras, sehingga si anak hanya akan bisa menguasai bahasa tapi tidak dialek, dan akhirnya dia akan berbicara
meKanisméé bukan mekanisme
atau
ahoK bukan ahok
Jadi ya kembali lagi ke kita pengguna bahasa nya, jika kita sendiri belum terlalu fasih menggunakan bahasa Indonesia, apalagi bahasa Inggris, lebih baik kita mengajarkan bahasa daerah, sekaligus melestarikan bahasa Minang yang sudah mulai hilang.
Jan asal bercampur-campur pula bahasa kita nanti jadinya, susah pula orang mengerti bahasa kita nantinya, tercengang-cengang orang nanti dengar kita ber-bahasa. Ada mengerti?