Padang (infosumbar) – Komunitas Seni Nan Tumpah didukung oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia akan mementaskan sebuah karya pertunjukan berjudul “Catatan si Padang” pada (23-25/10) di Gedung Genta Budaya, Padang.
Pertunjukan berdurasi kurang lebih satu jam ini disutradarai oleh Mahatma Muhammad dan digarap berdasarkan teks dramatik yang ditulis oleh Muhammad Ibrahim Ilyas.
Pemimpin produksi Catatan si Padang, Ismail Idola, Kamis, mengatakan pertunjukan ini awalnya disiapkan dalam format video untuk disiarkan di situs web Indonesiana.tv dalam rangkaian Festival Bumi Rempah Nusantara untuk dunia di 13 titik simpul Festival Jalur Rempah seluruh Indonesia.
“Demi menjawab antusiasme rekan-rekan penikmat dan pegiat seni di Padang, kami memutuskan untuk juga menyelenggarakan petunjukan secara luring,” katanya.
Ismail melanjutkan, proses produksi pertunjukan ini melibatkan banyak komunitas, di antaranya Komunitas Tari Galang, Ruang Fine Art Villa A, Komunitas Sarimata, Rumah Drama Imaji, Impessa Dance Company, 3AM Studio, Komunitas Lembar Seni, Rotan Artwork, Komunitas Minang Bagurau Mendunia, Grup Maena dan Balanse Rancak Basamo, serta beberapa personal dari lintas disiplin bidang seni.
“Kegiatan ini juga didukung oleh Forum Sumbar Kreatif, selaku asosiasi yang menjadi wadah komunitas yang bergerak di bidang seni dan Ekraf di Sumatera Barat. Secara personal, kurang lebih sebanyak 80 orang terlibat dalam produksi ini,” jelasnya.
Sementara itu, selaku sutradara, Mahatma Muhammad, menjelaskan, Catatan si Padang adalah sebuah karya pertunjukan yang mencoba untuk menangkap dinamika dan ragam peristiwa perkembangan Padang sebagai sebuah kota, mulai dari masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga ke hari ini.
“Beberapa lintasan peristiwa penting yang turut punya andil dalam pembangunan kota ini dicoba untuk diinterpretasi dan dihadirkan dalam wujud fragmen-fragmen pertunjukan,” jelasnya.
Mahatma juga menuturkan bahwa pertunjukan ini juga mengakomodir banyak unsur kebudayaan etnis-etnis yang pernah dan masih menjadi bagian dari perkembangan Kota Padang, seperti balanse madam, saluang dan dendang Pauah, barongsai, tari India, tari Sampan, tari piriang, silek pauah dll.
“Selain gagasan dan capaian artistik, gagasan yang ingin diusung dalam pertunjukan ini adalah perihal semangat kerja kolektif lintas disiplin bidang seni, budaya, dan latar belakang sosial, sebab Padang sebagai sebuah kota dibangun oleh banyak peristiwa dan budaya,” ucapnya.
“Proses produksi pertunjukan ini telah berlangsung sejak Agustus 2021, dimulai dengan penulisan teks dramatik oleh Muhammad Ibrahim Ilyas, setelah teks dramatik selesai ditulis, sutradara menggandeng beberapa penata untuk mendukung capaian artistik kekaryaan,” lanjutnya
Ia menceritakan bagaimana proses karya ini terbentuk saat sutradara mempercayakan untuk koreografi kepada Deslenda, komposisi musik kepada Tenku Raja Ganesha dan Ossi Darma, garapan artistik instalasi panggung kepada Kapten Moed, tata cahaya kepada Karta Kusumah, tata suara kepada Cimay Ardana, tata kostum kepada Yanti dan sinematografi kepada Halvika Padma, iJul serta Hamdan Almi Putra untuk membentuk tim yang mengerjakan proses perekaman pertunjukan.
Kemudian berlangsunglah proses pemilihan pemain yang dilanjutkan dengan proses eksplorasi pemeranan, koreografi, dan penataan musik berdasarkan konsep yang disusun oleh sutradara. Proses penciptaan karya tata panggung dan instalasi serta penataan cahaya dimulai setelah lokasi pertunjukan disepakati.
“Awalnya, kami akan mementaskan pertunjukan ini di salah satu gudang tua di sudut wilayah kota tua di Padang, namun karena terkendala beberapa perkara teknis, akhirnya kami memilih Gedung Genta Budaya sebagai lokasi pementasan dan perekaman video,” ungkapnya. (nou)