Venue: Aula Rumah Budaya Fadli Zon, Aia Angek Tanah Datar
Hari/Tanggal: Sabtu/21 April 2012
Jam: 19.00 WIB
MICOM – Rumah Budaya Fadli Zon di Nagari Aia Angek Kabupaten Tanahdatar Sumatra Barat akan mementaskan seni pertunjukan baru Wayang Golek Minang dalam rangka memperkaya khazanah seni kebudayaan Minangkabau.
“Pertunjukan ini akan berlangsung pada Sabtu (21/4), pukul 19.00 WIB di aula Rumah Budaya dengan mengundang dalang Tizar Purbaya, pelopor Wayang Golek Betawi,” ujar Edin Hadzalic, pimpinan Rumah Budaya, Senin (16/4).
Wayang Golek Minang yang akan dipertunjukan itu merupakan paduan seni wayang golek dengan unsur kebudayaan Minang. Dalam pertunjukan Wayang Golek Minang, cerita, lakon, pakaian, musik dan wayang yang ditampilkan bernuansa Minang.
“Ada talempong dan saluang menggantikan gamelan. Sang dalang pun harus memiliki pengetahuan tentang kebudayaan Minangkabau,” ujarnya.
Menurut dia, gagasan ini lahir atas inisiatif Fadli Zon dan Tizar Purbaya, tokoh wayang golek Betawi. Pertunjukan Wayang Golek Minang ini diharapkan akan menjadi media baru yang memperkaya variasi seni pertunjukan di Sumatra Barat.
“Masyarakat Minang sejak dulu memiliki banyak khazanah seni pertunjukan kebudayaan yang sangat populer, tak hanya di ranah Minang, namun di Indonesia seperti, Randai, Saluang, Talempong, Ronggeng Pasaman, Rabab Pasisia, Silek, Tari Piring, Tari Payung dan lain-lain,” ungkapnya.
Cerita yang akan mengiringi Wayang Golek Minang ini, jelas Edin, menampilkan cerita rakyat yang sudah dikenal luas, yaitu Malin Kundang.
Cerita Malin Kundang, kata dia, adalah sebuah legenda yang sarat hikmah dan pelajaran hidup universal. Seorang anak harus berbakti pada ibu yang telah melahirkan dan merawat, jangan sombong, takabur dan durhaka.
“Lebih jauh, penafsiran bisa menjangkau ranah yang lebih luas. Mereka yang merantau, jangan lupa kampung halaman. Intelektual yang telah belajar melanglang buana, janganlah menjadi intelektual Malin Kundang yang lupa diri, lupa identitas,” katanya.
Wayang Golek adalah seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu. Peralatan penunjang pertunjukan wayang golek antara lain gamelan Sunda (salendro) terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.
Pertunjukan wayang golek dimainkan seorang dalang (sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, mengatur lagu dan lain-lain) dan diiringi oleh Sinden (pedendang).
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat yang memiliki fungsi relevan dengan kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material.
Wayang golek digelar biasanya ketika ada perayaan, baik hajatan dalam rangka khitanan, pernikahan atau kegiatan lain.