Padang (infosumbar) – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Padang menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemko Padang dan berbagai elemen masyarakat, Selasa (15/3) di ruangan pertemuan Abu Bakar Ja’ar, Balai Kota.
Rakor digelar untuk mengantisipasi terjadinya inflasi menjelang Ramadan yang tinggal menghitung hari. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota (Setdako) Padang Endrizal yang membuka rakor mewakili Wali Kota Padang, mengatakan biasanya menjelang Ramadan harga sejumlah bahan pokok cenderung menjadi naik mulai dari minyak goreng, cabai, bawang, gula, telur dan lainnya.
“Kita tentu berharap TPID Kota Padang berupaya mengendalikan inflasi, sehingga tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Semoga melalui rapat koordinasi (rakor) TPID Kota Padang kali ini kita bisa menyiapkan sejumlah langkah jitu dalam mengendalikan inflasi jelang Ramadan,” ucapnya.
Endrizal juga berharap kepada masyarakat agar berbelanja kebutuhan pangan sesuai kebutuhan atau seperlunya. Sehingga tidak terjadi defisit pada bahan pokok yang bisa menyebabkan inflasi.
Sementara itu Kepala Bagian Perekonomian Setdako Padang Syahendri Barkah mengatakan, rakor kali ini sangat penting karena membahas antisipasi inflasi jelang Ramadan.
“Rakor diikuti perwakilan Bank Indonesia, Bulog Divre Sumbar, KADIN Kota Padang dan sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemko Padang. Selain itu juga melibatkan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Padang,” katanya.
Dijelaskannya lagi, menjelang Ramadan TPID akan berupaya melakukan pengendalian inflasi yang dipengaruhi naiknya harga kebutuhan pokok nantinya.
“Maka itu segala sesuatunya mesti kita fikirkan saat ini termasuk memastikan kelancaran pendistribusian bahan pokok dari luar daerah, menggelar operasi pasar dan kegiatan terkait lainnya,” bebernya.
Lebih lanjut Syahendri juga mengakui tingkat inflasi tahun ini relatif tinggi dibanding tahun sebelumnya. Hal itu berdasarkan laporan Bank Indonesia, sudah di ambang garis merah yang mencapai 2,3 persen. Sedangkan di 2021 hanya 0,1 persen.
“Hal itu dipengaruhi fluktuasi harga pasar seiring melandainya pandemi Covid-19. Di sisi lain juga tidak menutup kemungkinan akan ada pedagang yang memainkan spekulasi harga dengan penimbunan bahan pokok strategis. Ini harus kita cegah agar jangan sampai terjadi,” ujarnya.