Padang, (infosumbar) – Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, Donie Riris Andono, menyebut ledakan kasus Covid-19 di luar Pulau Jawa-Bali yang melanda lima provinsi merupakan peristiwa yang sudah terprediksi lantaran pemerintah tidak bersungguh-sungguh menghentikan mobilitas masyarakat ketika Jawa dan Bali mengalami puncak Covid-19 pada Juli lalu.
Gelombang ledakan Covid-19 di luar Pulau Jawa-Bali diperkirakan akan terjadi hingga akhir tahun dengan kondisi yang “lebih buruk” dari yang terjadi di Pulau Jawa.
Sehingga menurut Donie, ledakan infeksi virus corona di pulau-pulau lain akan terjadi secara beruntun dengan kondisi yang lebih buruk.
“Karena infrastruktur layanan kesehatan tidak sebaik Pulau Jawa, tenaga kesehatan tak sebanyak di Jawa. Jadi itu akan memengaruhi. Belum lagi nanti salah satu masalahnya kelangkaan oksigen yang terkait dengan jalur distribusi,” ujar Donie dikutip dari BBC Indonesia, Senin.
Sejalan dengan Donie, salah satu inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif, memperkirakan gelombang ledakan Covid-19 di luar Jawa dan Bali akan terjadi hingga akhir tahun.
Namun begitu, kata dia, angka resmi kematian di rumah sakit akan lebih rendah daripada di luar rumah sakit karena terlambat ditangani akibat termakan hoaks “takut di-Covid-kan oleh rumah sakit”.
“Problem yang kami khawatirkan terjadi under reported kasus dan kematian karena mereka walau sudah sakit belum tentu mau ke rumah sakit,” imbuh Ahmad Arif.
“Nah ini seolah-olah kasus relatif kecil, angka kematian relatif kecil, tapi total kematian sangat tinggi. Ini yang perlu diantisipasi.”
Itu mengapa ia sangat berharap pemerintah pusat maupun daerah segera memperketat pergerakan masyarakat untuk mencegah wabah ini masuk ke daerah-daerah pedalaman yang sangat terbatas fasilitas kesehatannya.
“Jangan sampai masyarakat pedalaman menghadapi survival of the fittest, orang yang selamat yang memiliki daya tahan tubuh yang baik dan itu tidak akan terdata jumlah kasus dan kematian.”(*/bbc/agp)