infosumbar.net – Mahasiswa Baiturahmah Kota Padang melakukan pemetaan persoalan ekonomi dan kesehatan serta memberikan solusi bagi masyarakat Nagari Taluak Tigo Sakato, Kecamatan Batang Kapas, Pesisir Selatan melalui program Kuliah Kerja Nyata University Social Responbility (KKN USR) 2024.
Ketua mahasiswa KKN-USR Taluak Tigo Sakato Shidiq Herlambang di Padang, Jumat (16/8) mengatakan tim KKN USR 2024 yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Vokasi melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat (PKM) bersama Dosen Pembimbing Lapangan dr Ade Teti Vani, M Biomed (AAM) untuk membantu warga dalam menghadapi persoalan yang mereka.
Ia mengatakan pada minggu pertama KKN, tim menemukan tiga permasalahan di Nagari Taluak Tigo Sakato.
Pertama daerah ini merupakan penghasil gambir tapi masih menjual dalam bentuk getah gambir sederhana. Petani ingin membuat produk gambir yang mempunyai nilai jual lebih
Kedua, setelah banjir Pesisir Selatan, air sungai yang dipakai warga mengalami perubahan dan berdampak bagi kesehatan beberapa warga yang menjadi lebih sensitif terhadap air. Kulit sejumlah warga menjadi gatal dan bentol akibat air yang mereka gunakan.
Ketiga, masyarakat banyak yang tidak tersentuh edukasi tentang kebersihan telinga sehingga banyak pasien yang datang ke poskesri dengan keluhan telinga.
“Kami memberikan solusi sesuai dengan slogan mahasiswa “Mahasiswa KKN Taluak Tigo Sakato memberikan kail bukan ikan,” katanya.
Dia mengatakan solusi atas permasalahan pertama adalah melakukan hilirisasi gambir dengan cara mahasiswa bekerja sama dengan dosen yang diketuai dr. Ade Teti Vani, M. Biomed (AAM) dan lembaga terkait gambir lainnya untuk membuat produk teh gambir.
Mahasiswa berhasil membuat produk teh gambir “Aradea Tea” yang langsung habis kurang dalam 60 menit penjualan. Bahkan Ibu Hj. Maizarnis langsung membeli 10 kotak “Aradea Tea”.
Ia menjelaskan duplikasi pembuatan teh gambir dilakukan pada petani gambir, dr. Ade memberikan bantuan berupa grinder dan timbangan untuk kelancaran pembuatan teh gambir,” kata dia
“Inovasi yang diberikan penambahan daun stevia sebagai pemanis alami,” kata dia
Untuk persoalan kedua, melakukan pemeriksaan air ke BPOM dan setelah diteliti, hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan air sungai daerah Taluak Tigo Sakato berkualitas bagus dan dapat dikonsumsi sebagai air minum dan dipakai pada kebutuhan sehari-hari.
Namun kadar PH air basa sehingga bagi orang dengan kulit sensitif bisa menyebabkan gatal dan iritasi.
Menurut dia menyikapi kondisi ini mahasiswa KKN-USR Taluak Tigo Sakato bekerja sama dengan dr. Nadia Purnama Dewi, M. Biomed, PhD, dr. Ade Teti Vani, M. Biomed (AAM) dan Apt. Dessy Abdullah, M. Biomed, PhD untuk memberikan workshop pembuatan eco enzyme kepada masyarakat setempat
Ia menjelaskan eco enzyme mampu menetralkan PH air sehingga air aman bagi orang kulit sensitif.
Eco enzyme dibuat menggunakan sampah sayur dan buah segar yang telah dicuci tiriskan, gula enau atau molase yakni cairan air tebu premium dan air baik itu air hujan, air sungai atau air mineral.
Pembuatan eco enzyme mesti di tong bermulut lebar dengan kapasitas air maksimal 60 persen isi tong. Perbandingan gula : sampah sayur dan buah : air = 1 : 3: 10.
Tong yang sudah bersih pertama- tama di isi air, kemudian tuangkan larutan gula atau molase, aduk.
Kemudian masukkan sampah sayur buah, aduk dan tutup segera. Lakukan pemantauan pada hari ke-7 dan ke-14. Apabila ada tumbuh cendawan, buang sayur atau buah yang terkena cendawan.
“Setelah hari ke-14, tutup rapat tong, simpan di daerah tak terkena sinar matahari langsung dan Eco enzyme dapat dipanen setelah tiga bulan,” kata dia
Menurut dia metode yang digunakan sesuai dengan metode yang telah digunakan oleh SMA YARI School Padang dan berkoordinasi dengan SMA YARI School Padang untuk memproduksi eco enzyme bersama masyarakat.
“Kami juga memberi bantuan empat buah tong eco-enzyme pada nagari Taluak Tigo Sakato,” kata dia
Solusi ketiga, mahasiswa menggelar edukasi kebersihan telinga bersama dr. Irwan Triansyah, Sp. THT-BKL dan dr. Aryaldi Zulkarnaini, SpPD.
dr. Irwan menyampaikan bahwa telinga tidak boleh dibersihkan dengan cotton bud ataupun alat-alat tajam maupun dengan lilin telinga.
dr. Irwan menjelaskan bahwa kotoran telinga memberi manfaat melindungi liang telinga dari debu, mencegah tumbuhnya jamur dan aromanya tidak disukai oleh serangga sehingga dapat mencegah serangga masuk ke liang telinga.
Ia juga meminta masyarakat setiap enam bulan dianjurkan membersihkan telinga pada dokter spesialis telinga hidung tenggorok-bedah kepala leher (THT-BKL) agar kesehatan telinga ini terjaga.
Tim juga merumuskan Standar Operation Procedure (SOP) bersama bidan poskesri tentang alur pasien dengan keluhan telinga “cerumen prop”.
“Narasumber juga memberikan bantuan lampu kepala dan set pemeriksaan THT kepada Puskesmas Kuok Pesisir Selatan,” kata dia (*)