Infosumbar.net – Kenaikan harga bahan bakar di Bangladesh menyebabkan protes warga di Bangladesh. Kenaikan, ini media merupakan kenaikantertinggi yang pernah ada dan telah meningkatkan harga bensin dan solar lebih dari 50 persen.
Dikutip dari NDTV, demonstran yang marah mengepung stasiun bahan bakar di seluruh Bangladesh menuntut kenaikan harga yang tajam ini dibatalkan.
Kenaikan tersebut diumumkan oleh pemerintah Bangladesh, Sheikh Hasina pada hari Jumat, setelah itu tarif solar naik 34 Taka per liter, oktan 46 Taka per liter dan bensin 44 Taka per liter. Beberapa media Bangladesh mengatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar 51,7 persen ini adalah yang tertinggi sejak negara itu merdeka.
Ekonomi negara Asia Selatan senilai 416 miliar dollar telah menjadi salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia selama bertahun-tahun. Namun, melonjaknya harga energi dan pangan telah menaikkan tagihan impor yang mendorong pemerintah untuk mencari pinjaman dari lembaga pemberi pinjaman global, termasuk Dana Moneter Internasional.
Beberapa pawai protes diadakan terhadap keputusan pemerintah. Di antara mereka adalah serikat mahasiswa, yang mengadakan protes di depan Museum Nasional di ibukota Dhaka.
“Rakyat biasa sudah dalam kesulitan untuk mengatasi kenaikan biaya hidup. Penjarahan pemerintah atas properti publik dan salah urus membawa orang ke penderitaan ini,” katanya.
Kenaikan harga bahan bakar tidak dapat dihindari mengingat kondisi pasar global. Kementerian energi Bangladesh mengatakan Bangladesh Petroleum Corporation (BPC) yang dikelola negara telah mengalami kerugian lebih dari 8 miliar taka atau 85 juta dollar pada penjualan minyak dalam enam bulan sampai Juli.
“Harga baru sepertinya tidak bisa ditoleransi semua orang. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Masyarakat harus bersabar,” kata Menteri Negara Tenaga, Energi, dan Sumber Daya Mineral Nasrul Hamid.
Tingkat inflasi Bangladesh telah mencapai 6 persen selama sembilan bulan berturut-turut, dengan inflasi tahunan pada Juli mencapai 7,48 persen, memberikan tekanan pada keluarga miskin dan berpenghasilan menengah untuk memenuhi pengeluaran sehari-hari mereka. (Ayi)