Jerman, (infosumbar) – Berlin international film festival, dikenal juga dengan sebutan ‘Berlinale’ adalah festival film besar dunia yang mulai diadakan pada tahun 1951. Festival film berskala international ini rutin diadakan pada bulan Februari yang dikunjungi lebih dari 65.000 pengunjung setiap tahunnya. Di tahun 2022 ini, festival film Berlin akan diadakan pada tanggal 10-20 Februari secara offline.
Meskipun dimasa pandemi, Berlin telah meluncurkan langkah-langkah untuk mencegah penularan COVID varian baru pada festival 2022-nya, seperti mengharuskan adanya bukti vaksinisasi, memakai masker, dan memotong kapasitas bioskop hingga 50 persen untuk memungkinkan jaga jarak antar pengunjung. Secara keseluruhan, agenda acara pada Berlinale 2022 akan sedikit dipersingkat dari tahun lalu, dengan pemutaran 256 film panjang dan pendek di semua bagian, dibandingkan dengan 340 film pada 2021.
Melansir dari laman hollywoodreporter.com, diantara 18 film terpilih yang masuk program kompetisi utama untuk bersaing mendapatkan penghargaan Golden Bear dan Silver Bears, salah satunya termasuk karya film Indonesia yang berjudul ‘Before, Now, & Then (Nana)’ disutradarai oleh Kamila Andini.
Before, Now, & Then (Nana), menceritakan seorang perempuan Indonesia yang hidup di era 1960-an, setelah kehilangan suami dan keluarga pertamanya karena perang di tahun 1940-an, dia menikah lagi dan hidup untuk menghadapi kekacauan pembunuhan massal tahun 1960-an. Film ini berfokus pada dampak masa kekejaman bagi kehidupan Nana, yang diperankan oleh Happy Salma, dan para wanita dan anak-anak di sekitarnya, yang dilansir dari laman
channelnewsasia.com
Karya terbaru Kamila Andini ini diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani, Kisah tersebut di adaptasi dari penggalan novel ‘Jais Darga Namaku’ karya Ahda Imran. Salah satu tujuan pembuatan film ini adalah untuk mewakili pemikiran dan pandangan para perempuan di Indonesia.
Carlo Chatrian, Artistic Director Berlinale, memberikan pujian untuk film “Before, Now & Then (NANA)”, Film ini adalah proyek yang sangat ambisius, pemain bertutur melodrama dengan pendekatan dan perasaan yang kuat serta penggunan musik yang tepat.
Film ini dapat menjadi ajang bagi masyarakat Indonesia untuk tidak malu dan lebih menghargai keberagaman budaya serta sejarah bangsa Indonesia.(*)
Diterjemahkan : Cici Indriani Mesha