Pemimpin dari 175 negara termasuk negara penyumbang polusi terbesar di dunia, Cina dan Amerika Serikat menandatangi Perjanjian Paris terkait perubahan iklim (climate change) di General Assembly Hall PPB di New York pada 22 April 2016.
Langkah ini menjadi sebuah harapan besar dalam melawan pemanasan global.
Presiden Prancis Francois Hollande merupakan pemimpin pertama yang menandatangani perjanjian tersebut diikuti oleh negara kepulauan yang menerima dampak langsung dari perubahan iklim.
Sekretaris AS Jhon Kerry datang ke podium dengan menggendong seorang gadis kecil berusia 2 tahun dan mengundang sambutan hangat dari para delegasi yang turut hadir dalam acara yang bersejarah ini.
Diadakan tepat dengan peringatan Hari Bumi, acara ini dihelat empat bulan setelah proses perundingan yang dilaksanakan di Paris dan menandai sebuah langkah kedepan yang mengikat negara-negara untuk turut mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Ini adalah sebuah momen bersejarah,” Sekjen PBB Ban Ki-moon mengungkapkan dalam sambutannya.
“Hari ini anda sedang menandatangani sebuah perjanjian dengan masa depan.”
Negara-negara yang belum menandatangani perjanjian ini, masih mempunyai waktu setahun untuk menandatanganinya. Fokus saat ini adalah bagaimana meratifikasi perjanjian paris dan melaksanakannya sebelum tenggat waktu 2020.
Cina dan Amerika Serikat mengungkapkan bahwa mereka akan meratifikasi Perjanjian Paris dalam tahun ini, berkemungkinan di akhir 2016 atau awal 2017. Perdana Menteri Canada Justin Trudeau menyebutkan, dia akan meminta perlemen pada bulan depan untuk mendukung kesepakatan ini.
Cina, salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, mengumumkan akan “menyelesaikan prosedur domestik” untuk meratifikasi Perjanjian Paris sebelum KTT G-20 di Cina pada bulan September.
Kerry mengatakan Amerika Serikat “benar-benar berniat untuk bergabung” dengan perjanjian tahun ini. Analis mengatakan bahwa jika perjanjian mulai berlaku sebelum Presiden Barack Obama meninggalkan kantor pada bulan Januari, itu akan menjadi lebih rumit untuk penggantinya untuk menarik diri dari kesepakatan karena itu akan mengambil empat tahun untuk melakukannya di bawah aturan perjanjian .
Setidaknya 15 negara atau perwakilan, yang kebanyakan mereka adalah negara kepulauan secara resmi hadir dan telah selesai meratifikasi ke PBB. “Beberapa mungkin berkomentar ini hanya sebuah langkah kecil. Kita butuh untuk membuatnya besar,” Perdana Menteri dari Polynesian Island of Tuvalu, Enele Sosene Sopoaga.
Disetujui oleh 195 negara, Perjanjian Paris menyepakati tujuan dari pembatasan 2 derajat celcius (3,6 derajat farenheit) diatas level pre-industri. Suhu rata-rata global telah meningkat hampir 1 derajat celcius. Tahun lalu adalah rekor terpanas.
Negara-negara yang belum mengindikasikan ikut menandatangani perjanjian tersebut mencakup beberapa produsen minyak terbesar di dunia, termasuk Arab Saudi, Irak, Nigeria dan Kazakhstan, kata World Resources Institute.
Sumber: AP, Strait Times, CNA dan mercurynews