Para konsumen di Indonesia dinilai lebih mempertimbangkan praktik perdagangan berkeadilan (fair trade) dan keramahan produksi terhadap lingkungan saat membeli suatu produk daripada konsumen lain di Asia-Pasifik.
Para konsumen di negara-negara berkembang Asia-Pasifik lebih mempertimbangkan faktor “pertanggungjawaban sosial” daripada konsumen di negara maju, demikian survei MasterCard dilansir WSJ.
Survei ini menemukan bahwa hampir 79% konsumen Indonesia dan hampir 74% konsumen Cina serta Malaysia mengaku lebih mempertimbangkan apakah suatu produk terkait dengan praktik fair trade, ramah lingkungan, atau menyisihkan sedikit untuk sumbangan. Sementara itu, persentase konsumen Thailand yang memiliki pertimbangan itu 73,6%.
Sebaliknya, pembelian produk yang dibuat dengan pertanggungjawaban sosial lebih rendah di Australia dengan 29,2% dan Selandia Baru 33,6%.
“Pertumbuhan pesat yang dialami banyak pasar berkembang kerap dirasa tak terencana dan mengganggu. Hal demikian meningkatkan keprihatinan akan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat setempat. Ini mungkin menjadi kunci mengapa konsumen di pasar berkembang lebih bijaksana saat membeli produk,” ujar Georgette Tan, kepala komunikasi MasterCard Asia-Pasifik.
Selain itu, pasar berkembang biasanya menjadi tempat bermulanya pasokan sehingga wajar jika para konsumennya lebih memilih produk sendiri serta mempertimbangkan saudagar yang ingin menyumbang ke masyarakatnya, ujar Tan.
Survei ditujukan kepada 500 responden di 14 pasar utama kawasan Asia-Pasifik dengan usia responden berkisar antara 18-64 tahun.
Secara keseluruhan, 56,6% konsumen di Asia-Pasifik mengatakan lebih cenderung untuk membeli produk yang memiliki pertanggungjawaban sosial. Dari seluruh negara yang disurvei, sekitar 64% responden membeli produk berdasarkan prinsip fair trade, 58,8% ramah lingkungan, dan 47% menyumbang untuk tujuan baik.