Prosesi baralek atau pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Sumatera Barat ternyata menjadi salah satu penyebab inflasi di Sumbar. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan BI Sumbar, Puji Atmoko pada hari rabu.
Menurut Puji Atmoko hal tersebut terjadi karena tingginya belanja masyarakat pada saat baralek, terutama pembelian lado atau cabai yang juga merupakan salah satu komoditi yang juga menjadi salah satu pemicu inflasi di Sumbar.
Lebih lanjut Puji menjelaskan cabai tahun ini memang memiliki peran besar dalam memicu inflasi. Data dari Bank Indonesia menunjukkan laju inflasi dari cabai mencapai 43,76 persen.
Hal ini disebabkan bergejolaknya harga cabai karena berkurangnya pasokan dari luar Sumbar akibat adanya gangguan cuaca, sementara pasokan cabai lokal dari Sumbar tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat lokal.
Selain cabai dan prosesi baralek hal lain yang jadi pemicu inflasi di Sumbar adalah kelompok barang yang diatur pemerintah yaitu rokok dan kelangkaan elpiji bersubsidi.
Inflasi di Sumbar pada triwulan III 2016 ini memang tinggi bahkan tertinggi di kedua di Sumatera yaitu sebesar 5,10 persen. Hal ini disebabkan tingginya permintaan dan terjadinya gangguan pasokan.
Angka inflasi tersebut berada di atas laju inflasi nasional yang hanya 3,07 persen dan juga lebih tinggi dari laju inflasi regional sumatera sebesar 4,07 persen. Namun laju inflasi Sumbar triwulan III 2016 sedikit menurut dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.