Infosumbar.net – Zulfikar Rizki Ananda pendiri sanggar Alang Bangkeh Art Production berhasil meraih juara pertama pada pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Provinsi Sumatera Barat yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sumatera Barat.
Rizki, sapaan akrab Zulfikar Rizki Ananda merupakan pendiri Sanggar Alang Bangkeh yang fokus pada pelestarian kesenian tradisional Minangkabau khususnya di Kota Solok, seperti Tari Piriang di Ateh Karambia.
Pada persentasinya untuk penilaian pemuda pelopor pada Rabu 25 Mei 2022, Rizki mempersentasikan Sanggar Alang Bangkeh Production Art yang sudah berdiri semenjak tahun 2009 silam.
Ia berharap melalui sanggar ini dapat melestarikan dan meningkatkan minat pemuda untuk kesenian Minangkabau.
Rizki bersama teman temannya, mendirikan sebuah komunitas sanggar seni budaya, untuk bisa berkreasi, mengasah kreatifitas, dan sebagai sarana sosialisasi bersama.
“Saya mendirikan sanggar ini pada tahun 2009. Saat itu saya ikut festival tari dan saya menang juara satu. Saat itulah saya mulai sadar ternyata minat saya memang dibidang seni. Saya bersama teman-teman, kemudian mendirikan sangggar ini dan bisa aktif sampai sekarang dan sudah ada 30 anggota,” katanya saat diwawancarai Infosumbar pada Senin (13/06/2022).
Sanggar Alang Bangkeh Art Production melakukan pelelestarian kesenian tradisional seperti Tari Piriang Di Ateh Karambia,yang merupakan tarian tradisional khas Kota Solok.
“Tarian ini adalah salah satu tarian yang ada di Kota, sebenarnya tidak terfokus ke Tari Piriang Di Ateh Karambia saja, berbagai macam bentuk kesenian, kebudayaan, yang sifatnya tradisional kami laksanakan untuk upaya kelestarian, keberlanjutan, sampai ke pengabdian masyarakat. Nanti, ada karya inovasi, tari tradisional ini kemudian ada regenerasinya dan keterbaruannya dalam bentuk tari kreasi baru. Tradisi yang sduah ada tersebut kemudian kami coba garap dengan yang baru, dan tidak menghilangkan nilai tradisi yang ada,” ujarnya.
Tarian tradisional Tari piriang di ateh karambia merupakan tari piriang khas Kota Solok yang menggunakan kelapa sebagai propertinya. Di zaman dahulu, tari piriang ini sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta atas panen padi yang berlimpah. Tari piring di ateh karambia hingga kini memilik makna yang sama, sebagai ekspresi masyarakat sebagai rasa syukur atas kebahagiaan yang diperoleh masyarakat tersebut.
Tarian ini mempunyai titik fokus yang lebih detail, karena menggunakan properti kelapa tua. Penari akan berjalan di atas kelapa, sambil melakukan gerakan tari. Maknanya adalah dalam menjalani kehidupan manusia butuh perjuangan untuk mmenjalani kehidupannya.
Kemudian, di dalam tarian ini ada sebanyak enam buah kelapa filosofinya yaitu enam rukun iman yang harus ada dalam kehidupan masyarakat.
Secara umum, dapat digambarkan bahwa tarian ini merupakan wujud ekspresi perjuangan wanita Minangkabau atau pemuda pemudi minangkabau dalam menggapai cita-cita, dan mempertahankan kehidupan harus selalu diiringi dengan iman yang dimiliki. Dalam komunitas yang sanggar yang dibangun Riski, agama sosial dan budaya dapat saling terkait.
Meskipun demikian, usaha yang dilakukan Rizki tidak mudah. Banyak tantangan yang harus ia hadapi untuk bisa mempertahankan sanggar tetap aktif sampai sekarang.
“Tantangan yang dihadapi cukup banyak, lika liku perjalanan yang cukup sulit, kami sempat vakum beberapa tahun karena kendala masih kuliah. Kemudian anggapan masyarakat yang menganggap menjadi seniman atau penari adalah hal yang dipandang sebelah mata. Apalagi penari laki-laki, ada saja kata-kata yang kurang enak dari masyarakat yang mengatakan masa depan saya tidak jelas kedepannya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak membuat saya jatuh, malahan jadi motivasi buat kedepannya,” tuturnya.
Dengan kerja keras dan kecintaannya terhadap seni, Rizki telah meraih segudang prestasi dan pengalaman sehingga saat ini tengah menyelesaikan study S2 nya pada jurusan seni tari Institut Seni Indonesia Padang Panjang.
Berbagai prestasi telah ia raih seperti Penampilan Terbaik Dalam Kategori Sekolah Konferensi Tari Tradisional di Jakarta (2011), Koreografer Tari Kontemporer Suku Den Haag, Belanda (2012), Festival Pekan Raya Sabang, Aceh, (2012), Delegasi Indonesia dalam Melaka Art Performance Festival, Malaysia (2013), Koreografer pada festival seni tradisional, Ottawa, Kanada (2014), Delegasi Indonesia dalam Gamelan World Festival. Kuala Terengganu, Malaysia (2015). Delegasi Indonesia untuk Pemimpin Muda Seni Asia, Hanoi, Vietnam (2015), Koreografer Pertunjukan Seni Tari Muslim, Astana, Kazakhstan (2015), Festival Pekan Raya Sabang Aceh (2015), Delegasi Indonesia dalam Festival Orang Asli dan Peri bumi Antar Bangsa Malaysia (2016), Delegasi Indonesia di Makassar International Eight Festival. Makassar (2018), Koreografer di Surabaya International Cross Culture Festival, Surabaya (2018), Penampilan di Grand Launcing Tour De Singkarak. Jakarta, Indonesia (2018), Anggota Proyek SORI Asia. Korea Selatan (2019). Dan Rizki pernah berkuliah di Penelitian Seni – Universitas Jeonbuk, Jeonju, Korea Selatan.
Rizki berharap, dapat memberikan yang terbaik bagi Kota Solok dan Provinsi Sumatera Barat pada pemilian pemuda pelopor tingkat nasional nanti.
“Harapan saya bisa memberikan yang terbaik bagi provinsi sumbar. Saya harap kinerja yang sudah saya lakukan bisa menjadi motivasi buat pemuda yang lain semoga kedepannya segala sesuatu yang dilakukan, bisa bermanfaat bagi orang banyak,” tutupnya. (ism01)