Pembangunan Terowongan Malalak – Ngarai Sianok direncanakan tahun 2015 mendatang.
Rencana pemerintah untuk membangun terowongan yang menghubungkan ruas jalan Malalak-Ngarai Sianok dinilai tidak akan membahayakan, asalkan kontruksinya bagus.
“Meski lokasi Malalak menuju Ngarai Sianok merupakan jalur gempa patahan Sumatera, namun tidak akan terjadi kerusakan yang signifikan apabila terowongan dibangun dengan konstruksi yang kuat,” kata Pengamat Geologi dari Universitas Andalas, Badrul Mustafa. Terowongan ini dibangun sebagai jalan alternatif Padang-Bukittinggi yang sering macet. Jalur alternatif ini akan terhubung dengan Sumatera Utara dan Riau.
“Kementerian PU tentu sudah mengetahui bahwa lokasi tersebut adalah jalur gempa patahan Sumatera. Oleh sebab itu, Kementerian PU sudah menyiapkan konstruksi dan teknologi yang bagus untuk pembangunan terowongan itu,” katanya.
Badrul mengakui, jika terjadi gempa di jalur patahan, bisa menyebabkan bahaya seperti bengkoknya rel kereta api, patahnya sebuah bangunan. Namun, bila dibangun dengan konstruksi yang kuat, kerusakannya tak signifikan dan bisa diperbaiki.
“Kementerian PU tentu sudah memikirkan hal itu,” ujarnya saat dihubungi Haluan, Kamis (23/1).
Badrul memperkuat pernyataannya dengan melihat kondisi terowongan kereta api Belanda di lokasi tersebut, yang kondisinya sampai saat ini baik-baik saja, padahal sudah berumur ratusan tahun dan sudah diguncang gempa berpuluh kali.
Ia juga memperkuat pernyataannya bahwa pembangunan terowongan di jalur patahan gempa tidak menimbulkan kerusakan yang signifikan, dengan melihat kondisi terowongan di Jepang yang juga merupakan daerah jalur gempa Megathrust.
“Di Jepang banyak jalur kereta api bawah tanah, namun sampai saat ini belum terjadi kerusakan di sana akibat gempa,” tambahnya.
Menurutnya, jalur alternatif Padang-Bukittinggi, memang perlu segera dibangun, karena kemacetan yang terjadi di sana pada hari-hari libur sangat parah. Misalnya ketika lebaran, dari Padang menuju Bukittinggi bisa menghabiskan waktu sampai 5 jam.
“Sebenarnya ada jalur alternatif lain dari Malalak ke Ngarai Sianok tanpa harus membangun jalur terowongan bila memang dikhawatirkan berbahaya, yakni jalan tol. Tapi saya tidak tahu entah kenapa alternatif tersebut tidak diambil,” sebutnya.
Ia melanjutkan, apa pun bentuk jalannya, jalur alternatif dari Malalak ke Ngarai Sianok harus segera dibangun. Selain berguna dari segi ekonomi, jalur tersebut juga berfungsi untuk jalur mitigasi bencana.
“Seperti diketahui, Padang adalah kota rawan bencana, terutama gempa dan tsunami. Jika bencana tersebut terjadi, maka dibutuhkan jalur untuk menyalurkan bantuan. Salah satu jalur penting tersebut adalah jalur dari Bukittinggi ke Padang. Kalau jalur tersebut lumpuh, bagaimana nantinya menyalurkan bantuan yang datang dari arah sana?” tanya Badrul.
Seperti diberitakan Rabu (8/1), Kepala Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Nasional (P2JN) BPJN II, Kementerian PU, Reno Ginto mengatakan, pembangunan terowongan yang menghubungkan ruas jalan Malalak-Ngarai Sianok adalah salah satu proyek strategis nasional yang akan dibangun Pemerintah Pusat, selain pembangunan jembatan kabel (stayed cable) di Sungai Dareh, Kabupaten Dharmasraya. Dua proyek tersebut bernilai triliunan rupiah. Khusus untuk terowongan di Malalak-Ngarai Sianok dengan panjang 1 kilo meter, menghabiskan Rp 1 triliun.
“Pembangunan terowongan untuk jalan darat ini, merupakan yang pertama kalinya di Indonesia. Teknologi yang digunakan juga terbilang baru. Semuanya akan dikerjakan oleh putra-putra terbaik bangsa di bidang konstruksi. Terowongan itu bakal menembus bukit dan kemudian akan dilanjutkan dengan jembatan kabel (cable stayed) melewati Ngarai Sianok. Ruas jalan ini nantinya akan menjadi jalan alternatif atau jalan lingkar luar Bukittinggi menuju Sumatera Utara ataupun Riau,” ujar Reno.
“Kita segera memulai pembangunan terowongan di ruas jalan Malalak-Ngarai Sianok. Nantinya untuk sampai ke Bukittinggi, akan kita lanjutkan dengan pembangunan jembatan kabel. Pembangunannya direncanakan tahun 2015 mendatang,” tambahnya. (haluan/mg-dib)