Infosumbar.net – Insinyur muda asal Sumatera Barat, turut menanggapi polemik terkait proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Danau Singkarak yang mendapat penolakan dari sejumlah masyarakat, terutama nelayan setempat.
Ir. Ulul Azmi memandang proyek ini sebagai langkah strategis dalam pengembangan energi terbarukan yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), namun ia menekankan pentingnya pendekatan yang lebih humanis dan kolaboratif untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat.
Dalam pernyataannya, Ir. Ulul Azmi mengatakan bahwa keberhasilan proyek PLTS terapung tidak hanya diukur dari aspek teknis, tetapi juga dari bagaimana proyek ini mampu membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.
“Terobosan besar dalam transisi energi terbarukan, tetapi kita tidak boleh melupakan kehidupan masyarakat lokal yang sangat bergantung pada Danau Singkarak. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan nelayan dan komunitas setempat menjadi kunci untuk mencapai keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan,” ujarnya.
Ir. Ulul Azmi menjelaskan bahwa proyek ini dapat mendukung pencapaian beberapa aspek Sustainable Development Goals (SDG’s), khususnya:
1. SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau
PLTS terapung di Danau Singkarak akan membantu menyediakan sumber energi yang bersih, terjangkau, dan berkelanjutan bagi masyarakat Sumatera Barat. Ini merupakan langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendorong transisi menuju energi terbarukan.
2. SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim
Dengan menggunakan energi surya sebagai sumber listrik, proyek ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca, mendukung upaya global dalam mitigasi perubahan iklim, serta menunjukkan komitmen Sumatera Barat terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
3. SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Proyek ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, baik di sektor konstruksi maupun operasionalnya. Selain itu, pengelolaan dana CSR dapat mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan melalui program pelatihan keterampilan dan usaha alternatif.
4. SDG 14: Ekosistem Laut dan Sumber Daya Air
Dengan pendekatan teknologi ramah lingkungan, proyek ini harus memastikan bahwa ekosistem danau tetap terjaga. Sistem seperti sirkulasi air dapat diterapkan untuk melindungi habitat ikan dan mencegah gangguan pada ekosistem perairan.
5. SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
Ir. Ulul Azmi menekankan pentingnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya, memastikan bahwa proyek ini tidak hanya menghasilkan energi bersih, tetapi juga menggunakan teknologi yang meminimalkan limbah dan dampak lingkungan.
Ir. Ulul Azmi memberikan sejumlah rekomendasi sebagai solusi untuk meredakan penolakan masyarakat sekaligus memastikan bahwa proyek ini dapat berjalan tanpa mengorbankan mata pencaharian nelayan. Solusi tersebut antara lain:
1. Dialog dan Sosialisasi yang Intensif
Pemerintah dan investor perlu membuka ruang diskusi dengan masyarakat terdampak untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang manfaat proyek, khususnya dalam mendukung transisi energi dan keberlanjutan.
2. Teknologi yang Menjaga Ekosistem
Penggunaan teknologi ramah lingkungan yang menjaga ekosistem air menjadi prioritas, seperti sistem sirkulasi air yang mampu menjaga kadar oksigen dan menghindari dampak negatif pada habitat ikan.
3. Pemberdayaan Ekonomi Nelayan
Program pemberdayaan melalui dana CSR dapat memberikan pelatihan keterampilan baru, alat tangkap modern, atau peluang usaha alternatif bagi nelayan. Pendekatan ini mendukung SDG 1 (Tanpa Kemiskinan) dan SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).
4. Pengawasan dan Evaluasi Bersama
Mekanisme monitoring bersama harus melibatkan masyarakat, akademisi, dan pemerintah untuk memastikan keberlanjutan proyek sesuai dengan prinsip SDG’s.
Sebagai insinyur muda kelahiran Sumatera Barat, Ir. Ulul Azmi berharap proyek PLTS terapung di Danau Singkarak dapat menjadi contoh pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada teknologi, tetapi juga peduli terhadap keberlangsungan sosial dan lingkungan. Ia juga mengajak masyarakat untuk melihat proyek ini dari sisi positifnya.
PLTS terapung ini adalah bagian dari transisi energi yang sangat penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk Sumatera Barat. Proyek ini dapat menjadi simbol kemajuan daerah, membuka peluang ekonomi baru, meningkatkan ketahanan energi, dan tentunya menjaga kelestarian lingkungan jika dilakukan dengan benar.
“Mari kita dukung proyek ini dengan tetap memberikan masukan yang konstruktif, karena manfaatnya akan dirasakan oleh generasi kita dan generasi mendatang,” tegasnya.
Ir. Ulul Azmi menambahkan bahwa dukungan masyarakat terhadap proyek ini dapat membantu Sumatera Barat menjadi salah satu pionir dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Dengan keberhasilan proyek ini, Sumatera Barat tidak hanya akan lebih mandiri dalam penyediaan energi, tetapi juga mampu menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan di mata dunia.
“Mari kita bersama-sama menjadikan proyek ini sebagai kebanggaan Sumatera Barat, sebuah langkah maju untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan kita,” tuturnya. (Bul)