Infosumbar.net – Kota Bareh Art Space-tival telah sukses digelar di Kota Solok.
Penampilan tari baik lokal maupun internasional disambut meriah oleh penonton yang menyaksikan langsung maupun lewat live streaming.
Salah satu penampilan tari yang menarik dan unik adalah Tari Piriang Lampu Togok.
Tarian ini menjadi unik dan menarik karena penari meletakkan Lampu Togok di atas kepala, saat sedang menari.
Pegiat seni yang juga Ketua Pelaksana Kota Bareh Art Space-Tival, Zulfikar Rizki Ananda saat diwawancarai Infosumbar pada Sabtu (29/4/2023) menyebutkan, tarian ini memiliki filosofi nilai kehati-hatian dalam kehidupan.
“Tari piriang Lampu Togok, merupakan tarian tradisional khas Kota Solok dengan memakai properti Lampu Togok di atas kepala penari. Ada nilai kehati-hatian, nilai konsentrasi dan nilai pembelajaran,” katanya.
Untuk itu, para penari harus menjaga keseimbangan dalam melakukan gerak tari, agar lampu tidak jatuh dari kepala.
“Lampu Togok dipakai, maknanya yaitu dalam hidup perlu penerangan. Lampu togok di beri api difolosofikan api sebagai penerang yang butuh sesuatu untuk dipedomani,” ungkapnya.
Ia menambahkan, hal ini menjadi pembelajaran bagi hiduo, bahwa kehidupan butuh panduan dan bimbingan untuk melangkah ke jalan yang benar.
“Jadi ada kaitannya dengan keseimbangan hidup dunia dan akhirat,” sebutnya.
Selanjutnya, Tarian Lampu Togok sendiri, dapat dimainkan minimal dua orang atau lebih.
“Bisa dua, atau empat. Dalam aturannya, jumlah penari harus berjumlah genap,” ujarnya.
Sementara itu, meskipun pada zaman dahulu umunya tari tradiaional dimainkan oleh laki-laki, seiring dengan perkembangan zaman, tari ini dilakukan oleh perempuan.
“Dulu tari itu kan sifatnya sakral. Namun sekrang lebih fleksibel dan bersifar hiburan. Dan wanita sekarang sudah biasa untuk menari,” ucapnya.
Sedangkan untuk gerakan tari, tarian ini banyak menirukan gerakan hewan atau alam.
“Setiap tarian kan punya karakter masing-masing. Kalau untuk gerakan tarian ini, banyaj menirukan gerakan binatang atau alam contohnya gerakan ramo ramo bagaluik, atau gerakan menanyiang atau manyabik padi,” tandasnya.
Hingga kini, tarian ini masih dilestarikan pada sanggar tari Lubuak Saiyo, Kota Solok dan masih banyak peminat untuk tarian ini.
“Bisanya, tarian ini akan ditampilkan saat festival, maupun nanti ada acara baralek, maupun acara tradisi lainnya,” tutupnya. (Ayi)