Infosumbar.net – Langit mulai runtuh. Pak Masril (68) segera menepikan kendaran roda duanya dan berteduh pada ruko kosong.
Siang itu, Kota Solok masih terik seperti biasa. Namun hujan lekas turun tanpa aba-aba, yang hampir membuat belasan balon terbang karekter miliknya layu.
“Untung cepat menepi, kalau kena hujan bisa-bisa balonnya kempes,” katanya sambil menatap putihnya awan tanpa kilat.
Pria asli Sulik Aia, Kabupaten Solok ini, sehari-hari menjual balon terbang karakter di Pasar Raya Solok, tepatnya di gerbang masuk pasar.
Mulai pukul 10 atau 11 siang hingga menjelang magrib, ia mulai keluar rumah untuk berjualan balon yang telah ia lakoni berpuluh tahun lamanya.
Diceritakannya kepada Infosumbar.net pada Rabu (26/4/2023), ia sampai-sampai tidak bisa mengingat jelas dari sejak tauhun kapan ia mulai berjualan.
“Sudah lama sekali rasanya. Saya tidak ingat mulai tahun berapa. Pokoknya bawah tahun 2000an. Mungkin saja di tahun 1990an,” sebutnya.
Menurutnya, saat itu awal awal ia berjualan pedagang balon terbang karakter bisa dihitung jari jumlahnya.
“Tidak seperti sekarang, banyakan yang jualan dari pada yang beli,” ucapnya.
Balon karakter ia jual dengan harga Rp 15 ribu. Berbagai jenis karakter dan warna yang menarik perhatian anak-anak, ia sediakan dan diisi gas angin terlebih dahulu semenjak dari rumah.
Jika dihari biasanya, Pak Masril bisa menjual hingga 10 balon paling banyak.
Namun kini, meski sudah memasuki musim libur lebaran, ia mengaku, dagangannya tak begitu ada peningkatan penjualan.
“Lebaran kali ini agak susah. Tak begitu banyak peningkatan penjualan, bahkan hampir sama. Kadang paling banyak cuma laku 15,” katanya.
Hal ini, sangat berbanding terbalik, kala dulu sebelum korona melanda.
Menurutnya, pasca pandemi covid19, dagangannya yang laku terjual mulai berkurang signifikan.
“Kalau dulu. Sebelum pandemi, satu hari saja bisa habis sampai 50 balon. Kadang pas habis, masih ada yang mau balon, pembeli rela menunggu sembari saya jemput balonnya ke rumah,” ujarnya.
Akan tetapi, menurutnya, semenjak pandemi hingga sekarang, penjualannya semakin menurun.
Namun ia tetap bersyukur, sehari-hari dagangannya selalu terjual meski hanya satu.
“Sepertinya sejak pandemi hidup masyarakat mulai susah. Jadi yang beli balon juga berkurang. Tapi tidak pernah sampai tidak ada yang beli. Insha Allah ada yang beli terus walaupun dalam satu hari hanya satu yang terjual,” ungkapnya.
Untuk itu, dalam berdagang ia selalu yakin, bahwa usahanya akan selalu berbuah manis dan laku terjual.
“Yakin saya bisa terjual. Meski tak seramai dulu. Namun cukup untuk diri saya sendiri makan sehari-hari, kalau anak saya kan sudah berkeluarga, sudah bisa mengurus dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Saya sudah punya cucu,” katanya.
Anak-anaknya, kini juga berjualan balon terbang di sekitar Kota Solok.
“Makanya saya tidak keliling jualan, cuma di Pasar Raya saja, karena di tempat lain seperti tempat wisata, sudah ada anak saya yang juga jualan balon,” terangnya.
Untuk itu, ja berharap kedepannya tetap sehat untuk menjalani aktifitas sehari hari, dan tetap bisa berjualan seperti biasa.
“Alhamdulillah, berapapun hasilnya semoga bisa disyukuri terus,” tutupnya. (Ayi)