infosumbar.net – Musim kemarau yang melanda Sumbar khususnya di Kota Solok turut berdampak pada petani yang menanam padi di sawah.
Yanti, salah satu petani di Kota Solok mengatakan, musim kemarau menyebabkan areal sawah miliknya menjadi kering dan berdampak pada hasil saat musim panen tiba.
“Musim kemarau ini memang berdampak pada hasil panen kami. Penurunan hasil panen bahkan bisa sampai hingga 50 persen dari biasanya,” kata Yanti pada Jumat (15/8/2025).
Yanti menambahkan, biasanya hasil panen padi di sawahnya mencapai 1.000 sukat dalam satu kali panen. Dengan kekeringan saat musim kemarau ini dan menyebabkan sawah kekurangan air, hasil yang ia dapatkan hanya setengahnya yakni 500 sukat.
“Sangat berpengaruh musim kemarau ini, kan air yang dipasok turun untuk masuk ke areal sawah kami, jadi menyebabkan sedikit hasil panen kami,” tuturnya.
Dengan demikian, berkurangnya hasil panen padi masyarakat berimbas terhadap harga gabah di pasaran. Adapun harga gabah naik Rp 500 – Rp 1.000 persukat,
“Ada kenaikan harema hasil produksi turun, biasanya gabah dihargai 10 ribu rupiah per sukat kini naik menjadi 11 ribu rupiah persukat di tingkat tengkulak,” jelasnya.
Namun demikian, meskipun hasil panen jauh turun dari biasanya, Yanti mengaku tetap bersyukur dengan hasil panen yang diperoleh.
“Kami berharap di musim tanam berikutnya pasokan air kembali normal dan bisa menghasilkan padi dengan jumlah lebih. Dan jangan sampai harga beras di pasaran naik karena kami banyak yang kurang produksi,” tutupnya. (Ayi)








