Infosumbar.net – Komunitas Palanta Bonsai Solok (PBS) berhasil membudidayakan tanaman pohon yang dijadikan tanaman bonsai.
Dengan seni yang cukup tinggi, tanaman bonsai bisa menjadi nilai ekonomi hingga jutaan rupiah.
Pendiri PBS, Satria Arjuna mengatakan, PBS telah berdiri semenjak tahun 2017 yang awalnya hanya beranggotakan tiga orang.
“Awalnya anggotanya hanya tiga orang. Melalui pendekatan kekeluargaan dan silahturrahmi kini anggotanya sudah mencapai 48 orang,” katanya.
Tak hanya berasal dari Kota Solok, anggota PBS juga berasal dari Kabupaten Solok.
Menurut Satria, pendekatan dengan kekeluargaan sangat penting, karena bonsai sendiri membutuhkan waktu lama mendekati karakter sempurna.
“Jadi, kami menjadikan hobi sebagai ajang silahturrahmi. Kami tidak memunculkan karya terbaik dulu, memunculkan dengan bersilahturrahmi,” tuturnya.
“Bonsai butuh waktu 20 – 30 tahun sampai mendekati karakter sempurna. Kalau hanya pembuatan bonsai pasti bosan, yang dibicarakan hanya itu-itu saja,” imbuhnya.
Dalam perkumpulan Palanta Bonsai Solok, selain silahturrahmi tentunya yanng tidak kalah penting adalah diskusi bagaimana menanam bonsai yanh benar.
Karena, bonsai yang bagus bukan berarti benar, tapi benar sudah pasti bagus dan punya nilai dan harga.
“Bonsai sendiri punya aturan dan itu ketat sekali,” tuturnya.
Bagi anda yang berminat menanam bonsai, dan bergabung bersama PBS tak ada persyaratan khusus menjadi anggota.
“Syarat menjadi anggota tidak ada. Asalkan mau berkumpul, bersilahturrahmi, dan intinya adalah mencintai dulu tanaman,” terangnya.
Bagi pemula yang ini menanam bonsai, beberapa tips dapat diperhatikan. Pada prinsipnya, tumbuhan apapun bisa menjadi bonsai.
Namun, karena pohonnya yang kecil otomatis anatomi harus mengikutinya.
“Kalau pohon kecil dalam pot, daunnya harus kecil juga,”
Oleh karena itu, kategori pohon yang dapat dijadikan bonsai adalah pohon berusia tua, berumur panjang, memiliki kayu keras dan punya daun yang bisa dikecilkan.
“Jadi tidak semua tumbuhan bisa. Walaupun bisa berumur panjang, besar, kalau tidak punya perkayuan, istilahnya lapuk, cepat keropos tidak bisa tumbuh,” ujar Satria.
Untuk perawatanpun, Satria menambahkan, tanaman bonsai butuh nutrisi yang paling tepat menggunakan pupik slow release.
“Jadi, bukan pupuk kima yang cepat rilis agar tanaman tidak overdosis,” paparnya.
Dalam Botani tanaman, disebutkan bahwa tanaman tidak makan tanah dan makan nutrisi.
“Bonsai tumbuh menggunakan tanah atau pasir, pecahan kerikil. Karena terbatas tanah dan airnya, satu kali enam bulan media tanahnya harus diganti,” kata dia.
Sementara itu, hingga kini penanaman bonsai sudah menimbulkan prospek ekonomi bagi anggotanya.
Bonsai yang dijual anggota sudah mencapai harga Rp 5 juta.
“Saat ia indah pasti punya harga, dan memberikan nilai ekonomi yang tinggi,” sebutnya.
Sedangkan hal lain yang sangat dibutuhkan dan juga menjadi tantangan adalah melatih kesabaran.
“Karena membutuhkan waktu hingga puluhan tahun, menanam bonsai melatih anggotanya untuk sabar sampai tanamannya benar-benar indah,” tutup Satria. (Ayi)