Infosumbar.net – Beberapa tahun lalu, trend batu akik sempat marak di Indonesia hingga merambah ke kancah internasional.
Tak jarang, salah satu jenis batu berharga yang masuk kedalam batu permata ini, banyak digemari kalangan muda hingga tua.
Namun kini, meski sempat menjadi bisnis yang menggiurkan, konsumen batu akik mulai surut seiring bergantinya trend baru.
Seorang pedagang batu akik yang masih bertahan Datuak Rajo Magek (70), yang menggelar lapak batu akiknya di Pasar Sumani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok menyebut konsumen sekarang jauh menurun.
“Masa yang paling jaya itu saat SBY masih menjabat sebagai presiden sebelum berganti dengan Jokowi,” katanya kepada Infosumbar.net pada Minggu (8/1/2023).
Menurut Pak Datuak, sapaan akrabnya, tahun 2013 – 2015, merupakan masa manis saat omsetnya dalam satu hari bisa mencapai belasan juta rupiah.
“Kalau dulu, saat batu akik masih musim, satu hari saja saya bisa dapat omset hingga Rp 15 juta,” ujarnya.
Apalagi kala itu, kata Pak Datuak, sering dilaksanakan lomba batu akik yang membuat dagangannya banyak diburu pelanggan.
Berbagai jenis batu akik dijual Pak Datuak, seperti Cimpago Limau Manih, Cimpago Bungo, Cimpago Biru, Sungai Dareh, Pisang, Kumbang Jati, Dalimo, hingga Batu Mulia dan Batu Mustika.
“Harganya bervariatif, mulai dari yang terjangkau Rp 50 ribu hingga Rp 5 juta rupiah,” ujarnya.
Warga Kelurahan VI Suku Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok ini menjelaskan, ia berjualan batu akik dengan berpindah pindah, tergantung hari pasar di daerah tersebut.
“Hari Minggu saya jualan di Sumani, Hari Senin di Muaro Paneh, dan Hari Rabu di Sawah Lunto,” sebut Pak Datuak yang telah berjualan sejak tahun 2007.
Berbanding dulu dan kini, pendapatan Pak Datuak kini tak menentu. Dalam satu kali pasar, terkadang jumlah pembeli batu akiknya hanya dua hingga empat orang.
“Sekarang kalau dapat untung bersih seratusan ribu saja sudah bersyukur,” tuturnya.
Saat tidak musim seperti ini, ketika lebaran tiba akan membuat dagangan Pak Datuak kembali ramai disaat para perantau banyak yang pulang kampung.
“Kalau sudah tidak musim seperti sekarang, palingan yang ramai membeli itu saat lebaran. Dimana, banyak perantau yang membeli batu akik sebagai oleh-oleh,” paparnya.
Meskipun demikian, saat peminat batu akik sudah mulai redup, ia masih bertahan berjualan karena menjadikannya sebagai hobi.
“Saya bertahan jualan hanya karena hobi. Dan juga dari pada tidak melakukan apapun di rumah, lebih baik berjualan. Kalau jualan tapi tidak hobi, tidak akan bertahan,” terangnya.
Dilihat dari pembelipun, kebanyakan sekarang adalah kaum tua, yang memang hobi memakai atau mengoleksi batu akik.
“Dan juga, batu akik ini kan semakin lama semakin bagus. Tidak akan rusak, jadi saya tidak akan rugi,” tandasnya.
Selain itu, selain untuk membeli, banyak dari pelanggan yang datang untuk memperbaiki batu akik yang sudah patah atau rusak.
“Kadang banyak juga yang ganti sarangnya. Selain ada juga kadang yang sekedar melihat-lihat saja,” tutupnya. (Ayi)