Infosumbar.net – Dikelilingi perbukitan, Masjid Tuo Kayu Jao yang terletak di Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok masih kokoh berdiri meski usianya yang tengah menginjak ratusan tahun.
Masjid ini, menjadi salah satu bukti berkembangnya islam di Solok. Seperti data yang diunggah kebudayaan.kemendikbud.go.id Masjid ini dibangun oleh Angku Labai dan Angku Mahsyur yang masuk ke dalam tokoh islam di Solok.
Keberadaan masjid ini tidak saja sebagai bukti telah berkembangnya Islam di Kabupaten Solok tetapi juga sebagai bukti tumbuh dan berkembangnya Islam di Sumatera Barat sejak abad ke-16.
Angku Mahsyur dikenal sebagai imam yang memiliki suara merdu dalam bacaan sholatnya sehingga banyak dikagumi orang.
Sedangkan Angku Labai, dikenal sebagai bilal di Masjid Kayu jao. Cerita lain menyebutkan Angku labai juga memiliki ilmu yang dapat berpindah-pindah ke tempat lain dalam sekejap dan dianggap sebagai orang yang memiliki ilmu spiritualitas yang tinggi.
Masjid ini secara keseluruhan arsitekturnya dipengaruhi oleh corak Minangkabau, dengan memiliki tatanan atap sebanyak tiga tingkat yang terbuat dari ijuk dengan ketebalan sekitar 15 cm dan permukaan dibuat tidak datar melainkan sedikit cekung.
Atap tumpang tiga melambangkan filosofi ninik mamak, ulama dan cerdik pandai.
Bagian mihrab memiliki atap dengan bentuk berbeda, yaitu berbentuk gonjong layaknya Rumah Gadang. Di sisi lain, corak islam terlihat pada masing-masing puncak atap yang dilengkapi mustaka.
Saat dikunjungi Infosumbar.net, Pengurus Masjid Tuo Kayu Jao yang rumahnya bersebelahan langsung dengan masjid, Aguswal Rianto menyebutkan rumah ibadah ini dibangun pada tahun 1419.
“Jadi, masuk tahun 2023 ini lebih kurang umurnya sudah 604 tahun,” katanya pada Jumat (10/2/2023).
Ia menyebutkan, masjid dibangun dengan tiga tingkat. Dulunya, lantai atas digunakan untuk tempat tinggal garin.
Namun kini, menurut Aguswal, bagian atas sudah rusak dan kini tidak dapat dipakai lagi.
“Sekarang diatasnya sudah rusak. Hanya lantai satu yang digunakan untuk shalat dan beribadah,” sebut dia, yang sudah sembilan tahun menjadi pengurus dan pengelola masjid.
Oleh karena itu, hingga kini masjid masih aktif dan difungsikan sebagai tempat ibadah pada umumnya seperti shalat lima waktu berjamaah, shalat jumat maupun taraweh saat bulan ramadhan serta tak jarang dijadikan lokasi foto pernikahan bagi pengantin yang ingin mengabadikan momen.
Meski kokoh berdiri, Aguswal menyebut perlu perbaikan masjid terutama dibagian atap yang masih menggunakan ijuk.
“Bangunannya masih asli, atapnya masih ijuk harus dibenahi dan diperbaiki karena sudah lapuk. Kalau hujan sering bocor. Dan didalam bagian masjid kayunya ada yang mulai lapuk,” sebutnya.
Selain itu, berbagai pembaruan dilakukan Aguswal agar pengunjung semakin nyaman mengunjungi masjid.
Salah satunya, dengan membangun taman dihalaman masjid yang dapat digunakan bagi pengunjung khususnya anak-anak.
“Kebanyakan tamu ada yang bawa anak, jadi saat orang tuanya sedang shalat anak-anak bisa bermain di taman dulu. Juga bisa dijadikan tempat makan-makan,” ujarnya.
Lebih lanjut, untuk memanjangan pengunjung yang rata-rata datang dari luar Kabupaten Solok, Aguswal selaku pengelola juga menyediakan kopi gratis.
Pengunjung berdatangan dari domestik maupun internasional seperti dari Kota Padang serta luar sumbar. Dari luar negeri seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.
“Biar istirahatnya bisa sambil ngopi. Kadang pengunjung tidak ada uang jadi saya sediakan gratis,” jelasnya.
Tak hanya itu, yang terbaru adalah, Aguswal turut menyediakan wc lansia yang dikhususkan untuk lansia yang tidak kuat berjalan ke wc utama yang cukup jauh dari masjid.
“Wc atau kamar mandi nya kan turun ke bawah. Jadi saya juga menyediakan wc lansia, selesainya baru beberapa minggu ini. Jadi, bedanya ada pegangan yang dapat menopang tubuh lansia dan dapat memperudah penggunaanya,” tandasnya.
“Dulunya pengunjung akan mengambil wudhu langsung ke sungai, namun sekarang sudah tersedia 12 wc, diantaranya lima untuk pria, lima untuk wanita dan dua lagi khusus lansia,” imbuhnya.
Masjid yang tampak bersih, selalu rutin diberishkan oleh Aguswal. Biaya operasional masjid tiap minggunya, bisa mencapai Rp 300 ribu.
“Karena masjid saya bersihkan terus jadi per minggu bisa habis Rp 300 ribu, untuk membersihkan dan pewangi tikar shalat, termasuk listrik masjid,” kata dia.
Meski secara rutin membersihkan, Aguswal mengaku, tidak digaji atas pekerjaannya. Ia hanya mengandalkan sumbangan, donasi dan tak jarang mencari sendiri biaya agar masjid selalu terawat.
“Seperti membangun taman, besi tempat duduknya kebanyakan besi bekas maupun keramiknya. Makanya keramiknya beda-beda bentuknya. Saya cari sendiri, saya buat sendiri, karena kalau diupahkan akan mahal. Lebih baik saya kerjakan sendiri,” pungkas Aguswal.
Oleh karena itu, Aguswal meminta pemerintah setempat untuk lebih memerhatikan lagi masjid yang termasuk salah satu tertua di Indonesia ini.
“Walaupun saya tidak tigaji, saya akan tetap merawat dan menjaga masjid ini dengan ikhlas,” ungkapnya.
Masjid Tuo Kayu Jao sendiri, telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat nasional nomor 06/BCB-TB/A/15-2007.
Bangunan ini memiliki ciri khas yang unik dan arkeologis yang tinggi yang secara keseluruhan komponen bangunan masih tetap dipertahankan keasliannya. (Ayi)