Infosumbar.net – Menjadi seorang fotografer keliling, sudah ditekuni Burhanudin (70) warga Nagari Singkarak Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok sejak tahun 1980.
Bur, sapaan akrab pria yang memiliki tiga orang anak ini mengaku dengan menjadi fotografer telah mengantarkan anaknya hingga ke jenjang perkuliahan. Anak pertamanya melanjutkan studi hingga STM, anak kedua selesai hingga S1 dan anak ketiganya disekolah pelayaran dan telah bekerja di negeri tetangga.
“Pada tahun 80an, ada kursus fotografi. Sejak saat itulah saya menekuni hingga pekerjaan ini dapat mengantarkan anak saya sampai ke jenjang perkuliahan,” katanya kepada Infosumbar.
Adapun kamera pertama yang ia gunakan saat menjadi fotografer keliling adalah Yashica 35 yang selalu ia bawa berkeliling hingga ke berbagai kecamatan.
“Dari dulu memang tidak punya studio, saya selalu berkeliling hingga ke Paninggahan, Malalo, Saniang Baka, Aripan, Muaro Pingai dan daerah lain,” pungkasnya.
Selain berkeliling, Pak Bur juga sering diundang menjadi fotografer pada acara sekolah maupun acara lain seperti khatam alqur’an, pawai dan lain sebagainya.
Namun, menurut Pak Bur sekarang sudah jauh menurun peminat orang yang mau difoto menggunakan jasanya karena sudah memiliki smartphone masing-masing.
“Sekarang sangat jarang sekali ada yang menggunakan jasa foto keliling. Kalau ada yang minta foto sepertinya hanya bisa dihitung jari. Sangat sepi saya bisa tidak moto satu minggu hingga satu bulan. Memang disebabkan karena sekarang kebanyakan masyarakat sudah punya hp masing-masing,” tandasnya.
“Pas ramai nya itu memang dari tahun 1980 hingga 1990. Satu minggu saja saya bisa dapat satu emas yang kalau diuangkan sekarang menjadi jutaan rupia,” imbuhnya.
Kemudian, peminat foto keliling yang telah jauh berkurang membuat Pak Bur bekerja tambahan sebagai tukang ojek dan juga menanam padi di sawah miliknya.
“Sekarang karena orang yang menggunakan jasa foto saya sepi, makanya sekarang saya narik ojek yang baru tiga tahun ini. Pendapatan dai ojek kadang-kadang bisa 30 ribu sampai 50 ribu. Berapapun yang didapatkan tetap disyukuri,” terangnya.
Dari dulunya cetak foto hitam putih, sekarang pengguna jasa foto keliling Pak Bur akan mendapatkan foto langsung cetak ukuran 10 R plus dengan harga Rp 25 ribu.
“Saya selalu bawa kemanapun kamera saya kalau nanti tiba-tiba ada yang memerlukan jasa foto. Sekarang biaya fotonya Rp 25 ribu langsung cetak. Jenis kamera yang saya pakai sekarang adalah Nikon 3000,” ucapnya.
40 tahun kuncinya adalah karena saya enjoy dan hobby dan suka makanya saya menjalaninya dengan senang, dan bisa bertahan hingga empat puluh tahun lamanya hobi jalan uang juga dapat.
Maka dari itu, lebih dari 40 tahun bertahan sebagai fotografer keliling ditengah gempuran telepon canggih, menurut Pak Bur menjadikan pekerjaannya sebagai hobi yang disenangi menjadi kunci untuk bisa bertahan hingga sekarang.
“Kalau ada pesanan untuk memoto Alhamdulillah, kalau tidak ya tidak masalah. Saya tidak terlau memikirkannya yang penting selalu bersyukur. Kedepannya selagi bisa saya tetap akan menjdi foto keliling, karena ini adalah hobi yang saya senangi,” tutupnya. (Ayi/Aks)