Infosumbar.net – Kabupaten Solok menjadi lokus ke 7 lokasi Galanggang Arang tahun 2024 di Sumatera Barat.
Galanggang Arang ini bertujuan untuk mengaktivasi Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) setelah disahkan oleh UNESCO di tahun 2019 agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan, teknologi, ekspresi seni, dan budaya bagi terwujudnya ketahanan budaya dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam sambutannya , Bupati Solok Epyardi Asda menyampaikan Galanggang Arang ini dapat membangkitkan memorinya terhadap kenangan masa lalu menaiki kereta api yang pernah aktif.
“Banyak sekali kenangan di jalur kereta ini khususnya jalur kereta api Solok, Padang Panjang, dan Sawahlunto,” kata Epyardi pada Sabtu (3/7/2024).
Salah satu kenangan yang diingat Epyardi yakni saat masih duduk di bangku SMA. Kala itu, saat bulan puasa, Epyardi bersama temannya sering naik kereta untuk menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa.
“Kami dianggap, ini dianggap ya, sebagai pembajak di kereta. Padahal tidak,” ujarnya.
Saat bulan puasa, kala itu menjadi tradisi bagi ia bersama temannya untuk naik kereta dari Solok ke Sawahlunto, kembali ke Solok menuju Ombilin, dan kembali lagi ke Singkarak, atau kampung halamannya.
“Kami ingin menghabiskan waktu, saat itu saya masih SMA di Tanah Garam. Jadi saat pulang sekolah sudah masuk waktu berbuka,” tambahnya.
Namun, pada suatu hari, saat Epyardi bersama enam orang temannya naik kereta api seperti yang biasa ia lakukan, ada kejadian berbeda yang selalu diingatnya.
“Jadi saat itu kami naik kereta api seperti biasa. Saya masih ingat hari itu hari Sabtu. Kami enam orang dari Singkarak, naik kereta api ke Sawahlunto dan masih aman. Kembali ke Solok aman. Namun saat ke Ombilin, disinilah cerita itu dimulai,” ungkapnya.
Saat kondektur ditukar, Epyardi bersama enam orang temannya dimintai karcis oleh kondektur tersebut.
“Saya masih ingat nama kondekturnya. Dia memang terkenal keras. Padahal sudah kami katakan kami anak SMA dan pulang gotong royong. Kami minta harus membayar dan kalau tidak bayar kami harus di tangkap,” ucap Epyardi.
Saat keadaan tersebut, peluit di kereta langsung dibunyikan dan kereta api tersebut langsung kembali menuju ke Kota Solok.
“Saat kami agak cek cok, teman saya ini ada yang kesal dan sampai menodongkan arit ke kondektur. Kemudian, peluit kereta langsung dibunyikan dan kami kembali ke Kota Solok. Sesampainya di Kota Solok, sudah banyak polisi dari Polres Solok Kota dan kami dianggap sebagai pembajak,” jelasnya.
Lebih lanjut, Epyardi bersama enam orang temannya langsung diamankan dan mendekam di Polres Solok Kota selama satu malam.
“Katanya kereta api dibajak oleh anak SMA dan kami ditangkap dan menginap semalam du Polres Solok Kota dan besoknya kembali pulang,” pungkasnya.
“Masih banyak lagi cerita lain saat SMA. Apalagi kenangan saat naik kereta sambil menikmati keindahaan Danau Singkarak,” tutupnya. (Ayi)