Infosumbar.net – Penyusutan Danau Singkarak turut berdampak pada nelayan yang biasa menangkap ikan bilih. Ikan endemik asli danau tersebut kini jadi kian sulit ditemui, apalagi bagi nelayan tradisional yang masih menggunakan jala.
Pak Am, yang kala itu sedang menjala ikan di sekitar Dermaga Singkarak, Kabupaten Solok menuturkan, surutnya air membuat ikan susah didapat dan harganya kini masih tinggi.
“Kalau ikan bilih saat ini 1 Kilogram bisa dijual Rp 70 ribu. Masih tinggi harganya karena menangkapnya juga susah,” katanya.
Tak hanya itu, tempat tangkapan yang biasanya menjadi lokasi berkumpulnya ikan kini berubah drastis menjadi kering dan berubah menjadi tepian danau Singkarak. Pak Am menuturkan, penyusutan air danau mencapai 35 meter.
“Lihatlah ini biasanya tumbuhan jaramun ini tempat berkumpulnya ikan. Sekarang sudah kering karena susut. Tepian yang kering itu biasanya dilihat kasat mata saja banyak ikan yang berkumpul,” ucapnya.
Oleh karena itu, hasil tangkapan ikan yang biasanya satu kali jala bisa mendapatkan ikan hingga 1 kilogram, kini, dalam satu hari, satu kilo saja sudah mujur.

“Dulu, saat ikan masih banyak, dalam satu kali serak jala bisa mendapatkan satu kilo ikan secara langsung. Sekarang satu kali jala kadang dapat lima ekor ikan kecil-kecil, itu pun kadang ikan nila, kapiyek turiak dan lain-lain,” tandasnya.
Lebih lanjut, tak jarang, hasil tangkapan ikan dikonsumsi sendiri di rumah.
“Hasil tangkapannya dikonsumsi sendiri, kalau ada yang ingin mesan baru kami jual,” ungkapnya.
Dengan demikian, nelayan berharap kondisi danau kembali normal sehingga hasil tangkapan bisa banyak dan mudah didapatkan.
“Kondisi ini memang sudah lama dirasakan namun kami harap bisa kembali normal seperti sebelumnya,” tandasnya. (Ayi)








