Infosumbar.net – Masa pendaftaran bakal pasangan calon (bapaslon) kepala daerah Bukittinggi telah berakhir pada Kamis (29/8/2024).
Empat Bapaslon telah mendaftar ke KPU Bukittinggi untuk bertarung di Pilkada 2024. Bapaslon pertama yang mendaftar adalah Nofil Anoverta-Frisdoreja dari jalur independent.
Kemudian, Ramlan Nurmatias-Ibnu Asis, Selanjutnya incumbent Erman Safar-Heldo Aura dan terakhir Marfendi-Fauzan Haviz.
Usai mendaftar, keempat bapaslon menyampaikan visi-misi dalam sesi pers conference.
Ramlan Nurmatias-Ibnu Asis misalnya, lebih banyak mengkritik kinerja Pemko Bukittinggi yang dinilai buruk. Ia mengatakan, banyak yang harus diselesaikan dan dibersihkan jika mereka terpilih menjadi wali kota dan wakil wali kota nanti.
Ramlan mengatakan salah satu alasan dirinya untuk maju Pilkada karena adanya ketersinggungan niniak mamak oleh pemerintahan saat ini.
Ia mencontohkan, Pemko Bukittinggi sering mengabaikan keberadaan ninik mamak dalam setiap program dan kegiatan.
“Stasiun Lambuang diresmikan, tapi niniak mamak kami tidak diundang, makan bajamba niniak mamak kami tidak diundang. Banyak dari program-program ini yang tidak mengundang Niniak Mamak kami,” katanya.
Selain itu, Ramlan juga menyinggung terkait surat keputusan yang dikirimkannya kepada wali kota untuk memproses Pergantian Antar Waktu (PAW) salah seorang caleg yang pindah partai. Ia menilai walikota mempermainkan Partai Politik dengan menahan surat keputusan tersebut.
“Partai politik saja dipermainkan, apalagi masyarakat. Jangan dianggap kita sebagai raja, jangan seenaknya kita saja,” katanya.
Ramlan juga menyinggung ketidakpantasan seorang wali kota yang dipanggil dengan istilah ‘Bang Wako’.
“Apakah pantas seorang Walikota dipanggil ‘Bang Wako’, pantaskah Inyiak kita memanggil ‘Bang Wako’? itu tidak benar. Tidak ada etika pemerintahan seperti itu,” ujarnya.
Ramlan juga mengritik rumah dinas dijadikan tempat berjoget-joget. Menurut Ramlan, seharusnya rumah dinas dijadikan tempat pertemuan pemerintah dengan niniak mamak untuk berdiskusi, tempat majelis ta’lim.
Ramlan menyebutkan bahwasanya ada anggota PSM yang menyalahgunakan wewenangnya kepada penerima bantuan untuk memilih salah satu calon.
“Dulu waktu saya menjadi Walikota saat Covid-19, saya memberikan bantuan per kepala, bukan per KK. Kemudian ada PSM, yang kerjanya memonitor kondisi masyarakat, bukan mengancam-ngancam untuk memilih calon, coba bayangkan orang miskin digitukan, dosa tidak?,” katanya.
Ramlan juga mengatakan bahwa Stasiun Lambuang adalah sebuah perencanaan yang gagal. Ia menduga pengelolaannya merupakan milik tim sukses dari pemerintah saat ini.
Ramlan juga menyoroti kasus Baznas yang diperiksa oleh Kejaksaan. Ia menyebutkan jangan sampai pemimpin mengintervensi sebuah lembaga demi kepentingan dan menggunakan wewenangnya dengan salah.
Ramlan menegaskan bagi para calon seharusnya saling mengadu gagasan dan program, bukan saling memburukan atau mengadu isu.
“Saya jika menjadi wali kota, banyak yang akan dikerjakan, mencuci piring kembali, bukan menjadi Walikota yang senang,” katanya.
Sementara, Erman Safar menyampaikan penting mengemas Pilkada riang gembira. Tidak memburuk-burukan orang lain.
“Tadi visi-misi sudah kami serahkan ke KPU dan sudah ditangani. Banyak hal yang baik-baik, harapan yang baik untuk Bukittinggi. Kita sepakat mengemas Pilkada riang gembira. Fokus, kita menceritakan harapn baru untuk Kota Bukittinggi,” kata Erman Safar.
Selanjutnya, Nofil Anoverta mengatakan, dirinya dengan Frisdoreja memiliki niat yang sama untuk mengabdi bagi masyarakat Bukittinggi.
“Kami membawa energi positif untuk membangun kota yang kita cintai,” ujarnya
Sedangkan pasangan Marfendi-Fauzan hendak menjadikan Kota Bukittinggi sebagai pusat pendidikan, kota sejarah dan juga kota pariwisata.
“Kota kita memiliki sejarah yang panjang dan salah satunya sejarah pendidikan. Ini yang akan kita maksimalkan sehingga berdampak baik bagi masyarakat. Baik secara sumber daya manusianya dan kesejahteraannya. Kemudian kekayaan sejarah menjadi potensi wisata yang mesti kita kelola agar dampaknya semakin luas bagi masyarakat,” sebutnya.
Marfendi juga menyoroti persoalan LGBT yang mesti dicegah dari tingkat keluarga. Dimana akan didorong keluarga untuk memberikan nilai-nilai agar bisa mencegah LGBT berkembang.