Pilkada Kota Padang sudah memasuki masa kampanye, terhitung dari mulai tanggal 13 Oktober 2013 kemarin. Yang ditandai dengan ikrar dan janji bersama 10 pasang Calon Walikota dan Wakil Walikota untuk kampanye secara damai dan badunsanak yang dilakukan di Lapangan Imam Bonjol, Padang.
Pilkada Kota Padang, yang pada tanggal 30 Oktober nanti akan dilakukan pemungutan suara, akan menentukan nasib Kota Padang selama 5 Tahun ke depan. Ke arah lebih baik, atau malah sebaliknya.
Namun mendekati hari pemungutan suara tersebut, masih banyak warga Kota Padang yang belum mengenal lebih dekat 10 pasang calon. Ditambah lagi, pilkada Kota Padang juga dihantui oleh rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih. Yang artinya banyak warga yang memilih untuk menjadi golongan putih atau golput. Sebagaimana terjadi pada pilkada sebelumnya.
Pada pilkada kota Padang tahun 2008, tingkat partisipasi pemilih hanya 57%, sedangkan 43% diantaranya adalah mereka yang memilih golput. Pada Tahun itu hanya ada 5 calon, bandingkan dengan pilkada tahun ini dengan 10 pasang calon.
Meski dengan bertambahnya calon Walikota dari tahun lalu diyakini akan meningkatkan tingkat partisipasi pemilih di Kota Padang, namun belum ada jaminan untuk hal tersebut. Bisa saja yang terjadi malah sebaliknya.
KPU Kota Padang sendiri sudah melakukan beberapa upaya untuk mencegah tingginya angka golput pada pilkada kali ini. Salah satunya dengan giat melakukan sosialisasi ke kampus-kampus. Dengan cara ini KPU Padang berharap, para mahasiswa sebagai intelektual bisa mengajak pemilih ke arah lebih baik.
Menurut Ibu Yayuk, salah satu Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, pada salah satu kesempatan diskusi bersama infoSumbar, salah satu faktor tingginya tingkat golput di Kota padang adalah tidak sampainya pesan-pesan yang disampaikan saat kampanye kepada masyarakat. Sehingga masyarakat, dengan ketidaktahuannya tentang si calon, mereka enggan untuk memilih.
“Buat apa masyarakat memilih orang yang tidak mereka ketahui. Mereka tidak peduli, kenapa kita harus peduli. Saya sendiri mungkin akan golput kali ya.” Ujarnya kepada infoSumbar
Menurutnya lagi, calon-calon walikota ini harus mulai merubah pola kampanye mereka. Contohnya dalam hal alat peraga kampanye. Menurut Ibu Yayuk, alat peraga kampanye harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harus dilihat siapa targetnya. “Mereka harus bedakan fungsi alat kampanye berdasarkan sasaran pemilih. Baliho untuk apa, yang di radio segmennya siapa. Misalnya baliho, itu kan hanya untuk dilihat sekilas sambil lewat jadi tidak perlu terlalu banyak.”
InfoSumbar juga menanyakan, bagaimana penggunaan social media dalam kempanye pilkada kali ini. Menurut Ibu Yayuk, harusnya para calon mulai memperhatikan para pemilih yang menggunakan social media. “Para pengguna social media ini di dominasi oleh anak muda yang notabene adalah pemilih pemula yang masih awam politik. Anak muda yang juga didominasi dari kalangan pelajar dan mahasiswa ini mereka jauh lebih kritis. Anak-anak muda ini juga sangat jarang memperhatikan media-media konvensional seperti koran.” Terangnya.
“Dulu mereka mungkin nonton tv, tapi sekarang dengan ada social media seperti twitter dan facebook, mereka juga menjadi jarang menonton TV. Mereka asik dengan twitter dan facebook.” Tambahnya.
Menurut Ibu Yayuk, salah satu keuntungan dengan kampanye menggunakan social media di twitter dan facebook adalah tidak adanya gap antara pemilih dan calon yang akan mereka pilih. “Mereka bisa menyampaikan langsung aspirasi tanpa adanya gap. Seperti berdialog langsung.”
Meski ada beberapa calon yang sudah mulai menggunakan social media, namun menurutnya belum maksimal. “Ada beberapa calon yang sudah mulai menggunakan social media, tapi cuma untuk share kegiatan mereka aja. Cuma kirim link berita tentang mereka. Udah. Belum ada komunikasi dua arah. Padahal masyarakat ingin menyampaikan langsung aspirasinya. Apalagi anak muda, mereka ingin didengar.”
KPU Kota Padang sendiri sudah mempunyai cukup sarana informasi. Mulai dari Telp, Email, website, bahkan akun twitter pun sudah ada, yaitu @KPU_Padang. Namun sosialisasi ke masyarakat tentang ini masih kurang. Akun twitternya pun sampai saat artikel ini ditulis baru 38 followers. Infonya pun tidak update, hanya untuk share link berita dari website.
Sampai saat artikel ini kami tulis, ada beberapa mention yang masuk dari beberapa followers infoSumbar yang protes, terhadap tim sukses cawako yang kampanye dengan memasang stiker. Mereka sedikit kecewa dengan pemasangan stiker di rumah mereka karena menyebabkan dindingnya kotor dan susah dibersihkan. Ada juga yang tak keberatan asalkan minta ijin dulu kepada pemilik rumah.
Kita semua berharap pilkada kota Padang menghasilkan pemimpin yang tepat, dan terpilih dengan cara-cara yang bersih. Agar kota Padang bisa berjalan ke arah lebih baik untuk 5 tahun ke depan.
infoSumbar/pc