InfoSumbar.net – Hari ini, tepat seminggu jenazah gadis malang Nia Kurnia Sari (18 tahun) ditemukan terkubur tanpa busana di Nagari Guguak, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman.
Sepekan sudah Nia kembali Keharibaan yang Esa. Tangisan dan ribuan empati masih terus bergulir hingga hari ini. Nia pergi dengan meninggalkan misteri serta tabir yang belum terungkap. Sosok pelaku, motif, dan cara pelaku durja dalam melakukan aksi biasanya terhadap gadis yang menjadi harapan hidup Eli, Rini dan kedua adiknya.
Eli Malina (54 tahun) tidak pernah menduga anak keduanya akan pergi selama-lamanya dengan cara tragis seperti ini. Tidak pernah ada rasa ikhlas didadanya melepas gadis manis yang saban hari membantunya menopang ekonomi keluarga yang seharusnya bukanlah tanggung jawabnya. Nia harus pergi meninggalkan dirinya beserta kakak dan dua adiknya dengan luka dan trauma mendalam.
Nia bukanlah remaja yang beruntung sebagaimana jutaan remaja remaja perempuan lainnya di Tanah Air ini, Nia harus bekerja ekstra keras agar kehidupan sehari harinya terus berjalan, dan sisanya dia sisihkan untuk merajut mimpinya untuk menjadi seorang guru.
“Saya tidak pernah bisa mengikhlaskan, pelaku harus dihukum mati,” tutur Eli dengan emosional menyampaikan dikediamannya, Selasa (10/9/2024).
Pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seorang pendidik adalah mimpi terindah Nia yang telah selesai menamatkan pendidikan nya di INS Kayu Tanam dengan prestasi yang membanggakan.
Namun, mimpi Nia harus terkubur bersama jasadnya di tanah kelahirannya sebelum asa dihari depannya terwujud. Hanya Isak tangis dan kenangan yang tersisa dikala gadis remaja ini dikebumikan usai ditemukan tim gabungan dalam lubang sedalam lebih kurang 40 cm dan panjang 50 cm.
“Nia itu anaknya pintar selalu masuk sepuluh besar, semangat belajarnya tinggi meski dia juga harus membagi waktunya untuk berjualan gorengan keliling, tapi Nia tidak pernah merasa rendah diri. Dia sering bercerita ingin sekali menjadi guru. Dan informasi terakhirnya Nia sudah diterima di STEKIP Nasional,” tutur Guru Kelas Nia di INS KayuTanam, Yulismar, Rabu kemarin.
Rasa kehilangan yang terdalam juga dirasakan oleh Yoeka Aulia (18 tahun) teman akrab Nia semasa hidup ini tidak pernah bisa melupakan sosok gigih, pintar dan penyayang ini pergi.
Anyah, Yoeka selalu memanggil Nia saat ini masih hidup dalam sanubari Yoeka. Tiga tahun lebih bersama dalam banyak hal sudah dia lalui bersama. Nyaris tidak ada hal yang tersembunyi yang tersimpan dari dua remaja belia ini. Mereka selalu berbagi kisah dari hari ke hari, hingga lima hari sebelum Nia dilaporkan hilang ditelan bumi dan ditemukan tewas terkubur dua hari setelahnya.
Informasi itu bagaikan lara terdalam di hati Yoeka yang semasa hidup almarhumah memanggilnya Adek. Yoeka tidak mampu menahan air mata bila mana mengingat kembali kisah, cita dan cerita yang senantiasa menghiasi hari hari bersama. Nia dalam kenangan hidupnya hadir sebagai sosok wanita muda yang tangguh, penyayang dan pintar.
“Anyah selalu jaga Oeka. Sekarang Anyah sudah tidak ada,” ucap Yoeka terisak saat ditemui ditempat kerjanya, Kamis (10/9/2024).
Namun, kini semua hanyalah tinggal sebuah cerita. Nia telah pergi dan tidak akan pernah kembali. Nia tidak hanya hadir sebagai remaja kecil yang manja dan belia. Ia hadir sebagai sosok pekerja keras yang berani bermimpi meski dengan segala keterbatasan.
Kini tugas mengungkap tabir kematian Nia berada dalam pundak penegak hukum, menangkap pelaku sesegera mungkin dan memberikan hukuman yang setimpal merupakan harapan terbesar dari keluarga, guru, sahabat dan masyarakat luas.
Mungkin Nia bukanlah yang pertama. Banyak Nia Nia lain yang ada di negeri tercinta ini. Namun kisah pilu dan tragis Nia Kurnia Sari ini menjadi harapan sebagai kasus terakhir yang terjadi. Semoga kedepan, tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi di tanah tercinta ini. (*)