InfoSumbar.net – Suasana dramatis dan mencekam menyelimuti langit Nagari Guguak, Kecamatan 2X11 Kayu Tanam, Padang Pariaman ketika Nia Kurnia Sari (18 tahun) dilaporkan hilang pada Jumat (6/9/2024) malam.
Kilatan petir yang diiringi derasnya hujan mewarnai malam itu. Suasana kampung dengan geografis perbukitan ini riuh dan ramai tidak seperti pada malam-malam biasanya.
Sebab malam itu, sunter terdengar kabar bahwa Nia dilaporkan tidak kembali kerumah usai menjajakan gorengan keliling. Tanpa komando, warga kampung berduyung duyung dan berpencar untuk mencari keberadaan Nia yang diketahui saban hari pergi mengais rezeki dengan berjualan menyusuri rumah-rumah warga dan tempat keramaian dikampungnya itu.
Tidak pernah ada yang menyangka tragedi miris akan menimpa Nia yang bercita-cita ingin menjadi pegawai kantoran demi merubah nasib keluarganya, termasuk Rini Mahyuni (19 tahun) yang tak lain merupakan kakak kandung almarhumah.
Rini bertutur, tidak pernah terbesit dalam fikiriannya maupun keluarganya Nia akan pergi untuk selamanya dengan cara yang biadab dan menggenaskan.
Nia yang selama ini dikenal baik, rajin, dan ulet dalam membantu ekonomi keluarga tidak pernah memiliki musuh ataupun bersikap aneh yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Meski tidak seperiang remaja diusianya, namun Nia dikenal ramah dan supel dalam bergaul.
Namun apa nyana, takdir berkata lain, Nia yang berprestasi dibangku sekolah maupun ekstrakurikuler dalam bidang bela diri ini harus mengubur mimpi dan harapannya bersamaan dengan jasadnya di malam mencekam itu.
“Padahal rencananya bulan ini dia mulai masuk kuliah, semua tes dan persyaratannya juga sudah selesai, sekarang Nia hanya mencari tambahan uang untuk beli laptop,” tutur Rini dengan nada lirih menceritakan ke InfoSumbar.net di kediamannya, Selasa (10/9/2024).
Rini kembali mengenang sebelum Nia dilaporkan tidak lagi pernah kembali pada Jumat malam itu. Dengan sorot mata yang sayu, Rini mengatakan, rutinitas hari Nia pada saat itu tidak ada yang aneh, semua berjalan normal selayaknya hari hari biasanya, namun hingga magrib menjelang Nia tidak kunjung datang ke rumah.
Hingga malam semakin gelap bersamaan dengan derasnya hujan malam itu, ke khawatiran mulai menyelimuti perasaan dia dan keluarganya ketika jam dinding sudah menunjukan pukul 22.00 WIB, namun Nia juga tidak kunjung tiba dirumah sangat sederhana itu.
“Jam 10 malam, saat ibu pulang ngantar jemput adek ngaji Nia belum juga pulang, ibu minta aku nyari Nia ketempat biasanya dia berjualan. Malam itu cuaca sangat tidak baik. Aku bersama keluarga mencoba mencari dan memanggil manggil Nia di lokasi TKP, karena disitu gelap tanpa penerangan,” Rini menceritakan.
Disaat bersamaan informasi soal hilangnya Nia menyebar dari mulut ke mulut warga kampung, dan warga pun berduyung duyung ikut mencari hingga tengah malam. Namun, Nia nihil diketahui keberadaannya.
Hingga esok harinya, Sabtu (7/9/24) warga dibantu juga oleh Tim SAR gabungan semakin masif melakukan pencarian diberbagai titik. Namun kembali nihil menemukan keberadaan Nia.
Baru setelah, Minggu (8/9/2024) keberadaan Nia mendapat titik terang, namun informasi tersebut sekaligus menambah miris hati keluarga. Nia dilaporkan ditemukan dalam kondisi menggenaskan, dikubur kedalam lubang sempit tanpa busana.
Seketika informasi itu menyebar ke berbagai pihak, dan masyarakat tanpa instruksi telah memadati lokasi penemuan jasad gadis malang itu di lokasi semak belukar yang tidak begitu jauh dari rumah orang tuanya. Sekitar jam 16.30 WIB akhirnya jasad Nia dengan kondisi lebam di beberapa bagian tubuh berhasil dievakuasi tim SAR gabungan dan Pihak Kepolisian ke Rumah Sakit Bhayangkara Kota Padang.
Kenyataan ini menambah lirih dan pedih bagi Rini dan Ibu Kandung Nia, Eli Malina (45), Eli bahkan tidak mampu berkata banyak selain meminta pihak berwajib menghukum seberat-beratnya pelaku. Karena perbuatan keji yang tidak manusiawi itu telah menggoreskan luka yang sangat dalam bagi pihak keluarga.
Untuk mengikhlaskan kepergian Nia saja begitu sulit bagi Ibu yang membesarkan Nia bersama ketiga adiknya seorang diri itu, apalagi untuk memaafkan perbuatan pelaku yang sadis tanpa prikmanusiaan itu.
“Saya tidak bisa mengikhlaskan, saya pengen pelaku dihukum seberat-beratnya sampai hukuman mati,” tutur Eli dengan sorot mata lelah.
Kini Nia telah kembali kehadirat Allah SWT, jutaan doa dipanjatkan oleh berbagai pihak agar Nia tenang dan dapat diterima disisiNya.
Mimpi-mimpi dan semangat Nia akan senantiasa dikenang disanubari Rini dan dua adiknya.
“Semoga kejadian yang menimpa Nia menjadi pembelajaran dan kasus terakhir di daerah ini,” ucap Rini yang saat ini sebagai siswi kelas III SMA di INS Kayu Tanam.
(*)