infosumbar.net – Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, lumpuh total setelah diterjang banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem sejak Sabtu (22/11) hingga Minggu (23/11). Hujan deras yang tiada henti memicu luapan empat sungai besar—Batang Anai, Batang Ulakan, Batang Tapakih, dan Batang Kamumuan—yang kini menenggelamkan setidaknya 11 kecamatan dan 15 nagari.
Total 608 Kepala Keluarga (KK) harus menghadapi rumah mereka yang terendam dengan ketinggian air rata-rata 30 hingga 100 cm. Dua unit rumah dilaporkan rusak berat, sementara kerugian di sektor pertanian mencapai 93 hektare lahan yang hancur.
Menanggapi bencana ini, Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis (JKA), langsung memimpin tim peninjauan ke lokasi terdampak paling parah. Peninjauan dilakukan di ruas jalan amblas Padang Baru–Kampung Bonai dan lokasi pengungsian di Kampung Galapuang, Kecamatan Ulakan Tapakis.
Dalam keterangannya, Bupati JKA menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) telah mengaktifkan layanan Tanggap Darurat melalui kolaborasi pentahelix yang melibatkan BPBD, Dinas PUPR, TNI, dan Polri.
“Kami telah bergerak cepat, mendirikan dapur umum bersama Dinas Sosial, dan menyalurkan logistik darurat berupa nasi bungkus kepada para pengungsi,” kata JKA, Minggu.
Namun, JKA menekankan bahwa kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tidak akan cukup untuk menanggulangi skala kerusakan yang terjadi. Bencana ini tidak hanya merusak rumah, tetapi juga melumpuhkan infrastruktur vital yakni, jalan depan RSUD Padang Pariaman menuju Polres terputus, dua unit jembatan mengalami kerusakan, SDN 10 Batang Gasan rusak dihantam longsor serta lima titik longsor menimbun badan jalan, termasuk di Nagari Anduriang dan Sikucua Barat.
Dampak paling parah juga terasa pada sektor ekonomi masyarakat. Banjir menghancurkan sawah dan tanaman jagung yang baru ditanam, tambak udang dan ikan rusak berat, bahkan sejumlah ternak dilaporkan hanyut.
Melihat kerusakan yang masif ini, Bupati JKA secara terbuka menyampaikan permohonan bantuan kepada pemerintah pusat. Fokus utama adalah normalisasi sungai.
“Kami mohon kepada pemerintah pusat, khususnya Balai Wilayah Sungai (BWS), untuk segera melakukan normalisasi Sungai Batang Ulakan. Saat ini ada tiga kecamatan terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai sekitar 80 sentimeter,” tegas JKA. (*)






