Infosumbar.net- Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Perubahan harga itu cukup besar. Pertalite naik dari Rp7.600 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter.
Tidak hanya kenaikan BBM, harga kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya pun juga ikut melonjak. Tentu kebijakan itu menuai protes dari kaum buruh dan masyarakat menengah ke bawah, di antaranya adalah nelayan.
Semenjak kenaikan BBM, sejumlah nelayan yang berada di kawasan Pantai Padang mulai kencangkan ‘Ikat Pinggang’. Artinya, mereka mulai mengirit kebutuhan sehari-hari.
Alinudin contohnya. Pasca Kenaikan BBM, ia terpaksa membatasi jarak melaut. Yang biasanya pulang sore, namun sekarang dibatasi hingga sampai siang.
“Biasanya sekali berangkat membutuhkan modal Rp100 ribu untuk minyak. Pulangnya sore sekitar pukul 18.00 WIB. Tetapi sekarang hanya sampai pukul 14.00 WIB sudah pulang,” katanya Kamis (8/9/2022) sore.
Pria 54 tahun itu pun mengeluhkan bahwa saat ini juga sudah susah untuk mendapatkan ikan karena kondisi terumbu karang sudah mulai rusak. Ditambah dengan naiknya harga minyak. Pada akhirnya berdampak kepada penghasilan.
“Disamping ikan sudah mulai kurang, ditambah lagi dengan kenaikan harga minyak. Dalam satu bulan itu biasanya kami Rp1 juta. Kalau sekarang, untuk mendapatkan Rp1 juta aja udah susah,” tuturnya.
Kemudian mengatasi kenaikan harga BBM, Alinudin terpaksa mengirit kebutuhan sehari-hari karena yang dipikirkan adalah untuk biaya kedepannya.
“Yang kita pikirkan adalah istri di rumah. Sebab hasil melaut itu tidak menentu. Kadang-kadang dapat banyak, namun sering hanya sekedar pelepas modal saja,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Uwan (57). Kalau BBM sudah mengalami kenaikan, secara otomatis harga kebutuhan lain juga melonjak. Bahkan harga peralatan memancing saat ini juga dua kali lipat dari harga biasanya.
“Ini sudah sangat memprihatinkan. Ketika BBM naik, tetapi harga ikan tidak pernah ikut naik. Kalaupun harga ikan ikut melonjak, berdampak kepada menjualan yang semakin kurang. Karena masyarakat lebih memilih konsumsi bahan yang lebih murah,” ucapnya.
Terkait hal itu, Uwan berharap pemerintah mendengar keluh kesah para nelayan. Meminta harga minyak kembali turun seperti biasanya. Karena pekerjaan yang mereka lakoni itu sangat bergantung dengan minyak.
“Yang kami butuhkan saat ini hanyalah kepedulian pemerintah, terutama terhadap nelayan tradisional seperti kami ini. Karena hasil penangkapan, hanya sekedar menutupi kebutuhan pokok kami sehari-hari,” ujarnya. (Bul)