PADANGPANJANG – Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Aceh (IPMA) Kota Padangpanjang, Sumatera Barat pada Kamis-Jumat (25-26/12) mendatang, menggelar peringatan musibah gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh 10 tahun silam.
Musibah yang mengundang perhatian dunia internasional itu terjadi pada Ahad, 26 Desember 2004, dan telah mengundang air mata serta merenggut puluhan ribu nyawa penduduk Tanah Rencong.
Ketua Panitia Pelaksana Peringatan 10 Tahun Tsunami Aceh, T. Azizi, mengatakan, peringatan di Padangpanjang ini merupakan sebuah momentum untuk membangkitkan kembali semangat generasi Aceh hari ini untuk tidak berlarut-ralut dalam musibah.
“Generasi muda Aceh adalah generasi terbaik yang akan membawa perubahan Aceh kepada masa kegemilangannya,” kata T. Azizi didampingi Humas Panitia Awaluddin Ishak, Rabu (10/12), di Padangpanjang.
Menurut T. Azizi, acara ini dilaksanakan sebagai ucapan terima kasih kepada dunia internasional yang telah banyak membantu meringankan penderitaan masyarakat Aceh yang tertimpa musibah, tidak terkecuali masyarakat Sumatera Barat khususnya Kota Padangpanjang.
“Sejumlah acara akan digelar selama dua hari, yang terdiri dari kegiatan workshop seni, demo performance art selama 10 jam, zikir akbar, dan doa bersama masyarakat asal Aceh yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat,” jelasnya.
Untuk suksesnya acara, kegiatan tersebut bekerja sama dengan sejumlah komunitas seni di Kota Padangpanjang. Selain itu, acara ini juga didukung Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, sebuah wadah kepenulisan nasional yang berbasis di Pare, Kediri, Jawa Timur.
Ketua Umum IPMA Padangpanjang, M. Andismar mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab IPMA selaku putra Aceh di perantauan untuk mendoakan sanak-saudara yang telah menjadi korban gempa dan tsunami 10 tahun silam.
“Di samping itu, semoga dengan adanya acara ini hubungan silaturahim sesama pelajar dan mahasiswa asal Aceh di rantau semakin erat,” tambahnya.
Sementara itu, Penasihat IPMA Kota Padangpanjang, Muhammad Subhan mengatakan dukungannya terhadap kegiatan IPMA Padangpanjang yang mengenang 10 tahun musibah gempa bumi dan tsunami Aceh. Menurutnya, musibah itu bukan saja merenggut nyawa penduduk Aceh tetapi juga kekayaan intelektual masyarakat Aceh berupa arsip dan buku-buku yang menulis sejarah Aceh.
“Refleksi 10 tahun tsunami ini harus menjadi tekad pelajar dan mahasiswa Aceh untuk menyelamatkan kekayaan intelektual masyarakat Aceh dengan cara menulis kembali catatan-catatan yang hilang pascatsunami. Generasi Aceh harus jadi penulis walau mereka kelak bekerja di berbagai bidang,” kata Muhammad Subhan yang juga pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. (rel)