Infosumbar.net – Direktur Perfilman, Musik, Media (PMM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) Ahmad Mahendra mengunjungi pameran budaya matrilineal di Festival Alek Mandeh, Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (30/10/2022).
Kedatangan rombongan Direktorat PMM Kemdikbudristek disambut langsung oleh Kurator Pameran Budaya Metrilineal, Edi Utama dan Bundo kanduang di Rumah Gadang Suku Panai Perkampungan Adat Nagari Sijunjung, Sumbar.
Dalam kunjungannya, Ahmad Mahendra melihat pameran foto-foto kebudayaan minangkabau dan berdiskusi terkait kebudayaan matrilineal yang kini menjadi isu yang diangkat dalam festival alek mandeh.
“Kami dari luar, ingin tahu dan melihat masih tidak budaya matrilineal, khususnya di Sumbar. Karena sudah mulai ada praktek-praktek yang dalam konteks sudah tidak sesuai dengan budaya matrilineal. Nah itulah kemudian, kami berfikir untuk melakukan pemetaan dengan festival yang ada untuk melihat kembali budaya matrilineal yang ada di Sumbar,” kata Direktur PMM yang kerap disapa Hendra kepada Infosumbar.net, Minggu (30/10/2022).
Hendra menilai, budaya matrilineal mulai luntur dan perlu dibangkitkan kembali sebagaimana dasarnya namun tetap di update dengan kondisi terkini. Ia menyebutkan, ada enam lokasi pemetaan yang pihaknya lakukan untuk melihat praktek kebudayaan matrilineal dan salah satunya adalah di Nagari Sijunjung, Sumbar.
“Dari pemetaan tersebut kan ada diskusi-diskusi, nah puncaknya ada di sini untuk melihat kembali budaya matrilineal. Makanya kita kumpulkan para bundo kanduang untuk berdiskusi sejauh mana peranan mandeh atau bundo kanduang dan apakah masih ada atau tidak? Nah ini menjadi kejujuran yang harus dibicarakan,” ujarnya.
Menurutnya, budaya matrilineal yang mengedepankan peran perempuan dapat menjaga kebudayaan lebih kuat dan bertahan lebih lama dibandingkan kaum laki-laki. Oleh sebab itu, ia mengakui pemerintah mengkhawatirkan jika peran bundo kanduang atau mandeh tidak lagi ada, maka nagari akan kehilangan kebudayaannya.
“Kita di Dirjen Kemdikbudristek masih percaya jika perempuan yang menjaga budaya akan lebih lama dan lebih menjiwai, karena kalau laki-laki ini terkadang kan terbagi fokus ke politik dan lain-lain,” imbuhnya.
Ia pun menyebut, festival alek mandeh merupakan salah satu langkah awal untuk memperkuat peran perempuan dalam khususnya di minangkabau sendiri
“Saya pikir untuk langkah awal sudah luar biasa, kita pemerintah hanya fasilitator dan tidak ingin ikut campur ke dalam praktek adat lebih dalam. Namun tujuan kita membentuk tim festival ini adalah untuk mengembalikan nilai-nilai dari kebudayaan matrilinel itu,” tandasnya.
Hal tersebut juga diakui oleh Eri Utama sebagai Kurator Pameran Budaya Festival Alek Mandeh ini. Ia menyambut baik masukan dari Direktur PMMM Kemdikbudristek terhadap keprihatinan dan upaya pemerintah dalam menjaga kebudayaan matrilineal, terutama di ranah minangkabau.
“Saya sepakat dengan Pak Direktur PMM, kita juga ingin memperbesar lagi corong bundo kanduang agar dapat bersuara dan berperan dalam kebijakan budaya di minangkabau,” katanya.
Festival Alek Mandeh di Nagari Sijunjung ini sudah berlangsung sejak Jumat (28/10/2022) dengan berbagai rangkaian kegiatan diskusi dan musyawarah adat, pameran budaya matrlineal, pagelaran baju basiba, pagelaran ritus budaya matrilineal dari berbagai provinsi dan pertunjukan seni. (peb)