infosumbar.net – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sumatera Barat (Sumbar) mengelar kumpul komunitas dan KOL (Key Opinion Leader) Lokal untuk memaparkan program-program prioritas Ditjen PDM (PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah), Kemendikbudristek dan media placement lokal di Hotel Truntum Padang pada 22-24 September 2024.
Kepala BBPMP Sumbar, Dr. H. Muslihudin, M.Pd mengatakan, kumpul komunitas dan KOL lokal ini menjadi inisiatif strategis untuk memperkuat komunitas program-program prioritas Kemendikbudristek.
“Inisiatif ini melibatkan komunitas dan KOL lokal yang aktif di berbagai bidang karena mereka berperan penting dalam mempromosikan program-program prioritas Kemendikbudristek. Mereka juga memiliki akses langsung ke masyarakat lokal dan dapat membangun trust dan engagement yang lebih kuat. Selain itu, komunitas dan KOL lokal juga bisa menjadi agen informasi program prioritas dan memfasilitasi diskusi dan workshop program prioritas Kemendikbudristek serta membangun jaringan dengan masyarakat lokal,” kata Muslihudin saat membuka acara ini.
Acara ini menghadirkan 5 pemateri yaitu Dr. H. Muslihudin, M.Pd, Katim 02 BBPMP Sumbar yang memberikan materi tentang Kebijakan-kebijakan program prioritas Kemendikbudristek, Prof. Drs. Ganefri, practitioner di bidang Pendidikan yang memberikan pemaparan tentang Dukungan Pendidikan Tinggi dalam Sosialisasi Program Prioritas Kemendikbudristek, Perwakilan Dinas Kominfotik Provinsi Sumbar memaparkan tentang Dukungan Diskominfotik terhadap Sosialisasi Program-Program Prioritas Kemendikbudristek, Uda Rio sebagai KOL juga membahas tentang Menjadi Content Creator dan Membangun Branding, serta Hanif Perwakilan Appskep sebagai KOL yang berdiskusi tentang Peran KOL dalam memberikan dukungan terhadap Gerakan Sekolah Sehat.
Salah satu pemateri dalam kegiatan ini, Prof. Ganefri menyampaikan pemerataan pendidikan di Indonesia masih menjadi sorotan.
Ia mengungkapkan, pada tahun 2023, masih terdapat sekitar 13,2 persen atau 9.449 yang memiliki aksesbilitas pendidikan tertinggal. Persoalannya beragam, mulai dari belum tersedianya layanan pendidikan, minimnya akses layanan pendidikan, minimnya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan hingga jumlah serta kualitas sarana dan prasarana yang belum memadai.
Menurutnya, solusi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan itu antara lain dengan program afirmasi pendidikan bagi masyarakat yang mengalami kesulitan akses pendidikan.
“Mewujudkan pendidikan yang bersifat inklusi, transformasi ekosistem pendidikan dan pembangunan yang berkelanjutan,” terang Ganefri.
“Mengubah kebiasaan itu memang sulit dan menjadi tantangan bagi kita, tapi kita tetap harus terus mensosialisasikan, jangan pernah berhenti dan tetap berkomitmen,” pungkasnya. (peb)