Infosumbar.net – Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Ardi Andono menyebut, kematian Harimau Sumatera Betina bernama Puti Maua Agam diawali dengan penurunan status kesehatan dari tanggal 18-27 Mei 2022 yang lalu.
“Gejala tersebut terlihat dari penurunan nafsu makan dan minum, feses lembek berwarna putih kapur serta terdapat luka di punggung yang sudah mengarah ke miasis,” terang dia,
Ia melanjutkan bahwa Tim Medis Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya (PR-HSD) Yayasan ARSARI Djojohadikusumo telah melakukan penanganan medis.
“Hal tersebut dilakukan dengan pemberian vitamin dan obat-obatan, baik secara injeksi maupun oral,” kata dia.
Setelah itu, kata Ardi, kondisi Puti sempat membaik dengan ditandai nafsu makan dan minum mulai normal. Bahkan luka miasis yang mendera Puti telah membaik 70 persen.
“Puti sempat berperilaku layaknya harimau normal, yakni kembali agresif dan responsif,” ungkap Ardi.
Namun, pada tanggal 6-7 Juni 2022, kondisi kesehatan Puti Maua Agam kembali turun yang ditandai sesak nafas dan tingkat pernafasan dangkal (60 kali/menit). Tim PR-HSD juga melaporkan Puti mengalami hipersalivasi serta mulut berbuih.
Menyikapi hal tersebut, Tim medis melakukan tindak penanganan dengan memberi atropine sulfat dan nebul salbutol, sehingga mengurangi dampak buih dan hipersalivasi.
Hingga pada akhirnya, harimau malang tersebut dinyatakan mati pada Rabu (8/6/2022) pukul 05.00 WIB. Selanjutnya BKSDA Sumbar dan Tim Medis PR-HSD ARSARI melakukan nekropsi terhadap bangkai Puti tersebut.
Dalam nekropsi tersebut, diambil beberapa sampel bagian-bagian tubuh Puti yang selanjutnya dikirim ke Laboratorium Patologi Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB), dengan melampirkan diagnosa pembanding (differensial diagnosa) guna mencari penyebab kematiannya.
Teranyar, hewan yang masuk sebagai kategori satwa langka itu telah dikebumikan di sekitar lokasi tempat PR-HSD ARSARI. (Ism03)