infosumbar.net – Kajian dari Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Sumbar 2024 yang merupakan penelitian Lembaga Penelitian Ekonomi Regional (LPER) Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Andalas (Unand) bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Sumbar mengungkapkan sektor pariwisata Sumatera Barat (Sumbar) menyumbang 7,03 persen Nilai Tambah Bruto (NTB) Sumbar.
Ketua LPER FEB Unand, Edi Aryanto mengatakan, jika ditelisik lebih dalam, dampak signifikan pariwisata terjadi pada tujuh sektor terkait, yakni angkutan rel, angkutan darat, angkutan laut, angkutan sungai danau dan penyeberangan, angkutan udara, penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum.
Peningkatan permintaan pariwisata juga mendorong peningkatan upah di semua sektor ekonomi. Peningkatan upah terbesar adalah pada sektor pendidikan dengan multiplier 0,3979.
“Peningkatan permintaan pariwisata senilai Rp1 miliar akan mendorong peningkatan upah pada sektor pendidikan mencapai total Rp397,9 juta,” katanya, Jumat (9/11/2024).
Peningkatan upah terbesar berikutnya adalah sektor jasa perusahaan dengan multiplier 0,2436. Lalu aktivitas keuangan dan asuransi dengan pengganda 0,1930. Disusul perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan motor dan mobil sebesar 0,1223.
Edi mengungkapkan, permintaan pariwisata juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sektor tertinggi yakni perdagangan besar dan eceran. Permintaan sebesar Rp1 miliar mendorong penyerapan tenaga kerja sebesar 18,19 orang.
“Berdasarkan penelitian, rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Wisnus) lokal Sumbar untuk makan, minum, transportasi, dan akomodasi pada 2024 senilai Rp2,3 juta. Kemudian Wisnus luar Sumbar Rp3,4 juta. Sementara untuk wisatawan mancanegara (Wisman) mencapai Rp10,3 juta,” imbuhnya.
Dijelaskan, LPER FEB Unand memperoleh data melalui survei secara daring dan tinjauan langsung ke lapangan. Terdapat 4.000 responden Wisnus dan 100 responden Wisman.
Pengumpulan data dilakukan dua periode wisata, yakni saat low season (kunjungan rendah) pada Mei dan Juni 2024 sebanyak 2.000 responden. Kemudian, periode peak season (kunjungan tinggi) pada Juli dan Agustus 2024 sebanyak 2000 responden. Data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pariwisata provinsi/kabupaten/kota, Dinas Komunikasi dan Informatika, dan sumber relevan lainnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda mengatakan, hasil penelitian dan analisis Nesparda 2024 akan menjadi landasan untuk mengambil langkah untuk pelaksanaan pariwisata Sumbar ke depan.
“Misalnya, bagaimana upaya yang tepat untuk mendatangkan wisatawan. Lalu upaya apa yang diperlukan untuk memudahkan akses wisatawan ke Sumbar,” pungkasnya.