infosumbar.net – Penggangguran di Indonesia sudah mencapai 9,9 juta anak muda, semuanya generasi Z. Penyebabnya, kemampuan yang diperoleh di perguruan tinggi berbeda jauh dengan coorporate/perusahaan.
Jarak lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia coorporate 10 tahun. Mungkin anak-anak lulus, skill ataupun kompetensi mereka tertinggal 10 tahun dari coorporate.
Penyebabnya, 70 persen perusahaan sekarang berhenti merekrut karyawan dan skill yang dimiliki anak-anak muda kita jauh dari kebutuhan coorporate.
Itu disampaikan Founder dan CEO AMATI Indonesia, Viringga Kusuma bersama, Application Engineer CADFEM Indonesia Dzikrian Diqnada dan Program Manager Dicoding, Monalisa kepada sejumlah wartawan disela-sela Kampus Merdeka Fair 2024 lalu.
“Menjawab kebutuhan tersebut kami dari AMATI Indonesia, CADFEM Indonesia dan BANGKIT membentuk Konsorsium dan mencoba memberikan solusinya. Kami bergerak di tiga skil yang dibutuhkan sekarang. Yakni, digital skill, engineering simulation dan green job,” ucap Viringga.
Kusuma seraya menjelaskan program AMATI Indonesia merupakan kegiatan studi independen berbasis problem solving. Setiap mahasiswa membentuk sebuah team dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
“Pada program ini kami mengangkat permasalahan nyata yang berhubungan dengan Sustainable Torism. Dimana mahasiswa nanti akan menyelesaikan permasalahan tersebut menggunakan metode Design Thinking (DT). Dan itu sangat dibutuhkan perusahaan besar,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Program Manager Dicoding, Monalisa. Menurutnya, BANGKIT hadir memberikan solusi bagi para mahasiswa agar kelak memiliki skill dan mampu berkompetensi dalam dunia kerja.
“Menjawab tantangan tersebut, Program BANGKIT Academy hadir untuk pengembangan kompetensi mahasiswa berkarir di dunia teknologi dengan tiga fokus utama, yakni machine learning, mobile development dan cloud computing,” ucap Monalisa seraya menyebutkan kalau para mahasiswa juga belajar bahasa Inggris langsung dari ahlinya.
“Tercatat 82 persen lulusan yang telah bekerja mengatakan BANGKIT telah membantu meraih karir pertamanya. Ada lulusan dari BANGKIT yang diterima bekerja di perusahaan Google,” kata Monalisa.
Pada 2024 ini, Bangkit akan melatih 9.000 mahasiswa Indonesia dengan kompetensi unggul di bidang AI.
Ia menyampaikan, bagi mahasiswa yang berminat tahap pendaftaran di g.co/bangkit, mengisi form pendaftaran ulang, kerjakan tes seleksi, ikuti alur Kampus Merdeka/Kampus Merdeka Mandiri, dan selanjutnya tunggu hasilnya.
Begitu pula, skill yang ditawarkan CADFEM Indonesia, penyedia solusi dan pelatihan engineering simulation Ansys.
“Engineering simulation harus dikuasai para mahasiswa. Sebab, penguasaan Engineering Simulation menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan bersama, agar terwujudnya tenaga ahli dan lulusan teknik yang siap bertaji menuju Indonesia 4.0,” ucap Application Engineer CADFEM Indonesia, Dzikrian Diqnada.
Dengan Engineering Simulation, percepatan perancangan produk atau bahan penelitian dapat diperoleh secara signifikan dengan tersedianya akses pada virtual lab untuk setiap kondisi percobaan. Penguasaan skill engineering simulation dapat membuka gerbang menuju penguasaan skill lain yang dibutuhkan di era industri 4.0 seperti Additive Manufacturing, Internet of Things, Artificial Intelligence, hingga Autonomous System.
Kini sudah lebih 300-an kampus yang berkolaborasi dengan konsorsium ini. Memang diawali dengan kampus dulu, karena para dosen perlu diberi juga pemahaman. Ketika pihak kampus dan dosen sudah paham, tentu akan mendelegasikan mahasiswa untuk ikut program tersebut. Dalam program yang bermitra dengan Kemendikbud Ristek ini, menawarkan kurikulum komprehenshif lebih 900 jam dan konversi sampai dengan 20 SKS.
“Dalam program ini, selama satu semester tidak dipungut biaya kepada mahasiswa karena BANGKIT, beserta CADFEM Indonesia dan AMATI Indonesia merupakan mitra program MBKM Kemendikbudristek. Pelaksanaan kuliahnya secara hybrid,” tuturnya.
