Pakar gempa Badrul Mustafa menulis di akun facebooknya mengenai gempa yang terjadi pada Kamis (11/9) dini hari.
Badrul berpendapat bahwa mekanisme gempa yang terjadi pada Kamis dini hari mirip dengan yang terjadi pada tanggal 6 Maret 2007 yang lalu, yaitu berasal dari pergerakan di Sesar Semangko pada segmen Sumani.
Dia juga mengingatkan masyarakat yang berada di jalur sesar tersebut untuk senantiasa waspada dan meminta BPBD untuk turun ke masyarakat guna melakukan sosialisasi.
Berikut kutipan lengkap dari tulisan Badrul Mustafa tersebut:
“GEMPA HARI INI
Tengah malam tadi telah terjadi gempa di Sumatera Barat.
BMKG mengeluarkan data gempa tersebut seperti berikut:
11 September 2014 – 00:46:19 WIB Lokasi :0.57 LS – 100.53 BT Kedalaman : 10 Km 14 km Baratdaya TANAHDATAR-SUMBAR
Mekanisme gempa tersebut sama dengan yang terjadi pada tanggal 6-03-2007 yang lalu, yakni berasal dari pergerakan di Sesar Semangko pada segmen Sumani. Untung gempa tadi malam itu tidak berlangsung lama, hanya dua tiga detik saja sehingga (mudah-mudahan) tidak menimbulkan kerusakan. Walau kekuatannya hanya M=5, tapi kalau berlangsung cukup lama, dengan kedalaman yang sangat dangkal tersebut (10 km), bisa juga menimbulkan kerusakan yang cukup besar.
Masyarakat Sumatera Barat, terutama di daerah-daerah yang dilalui oleh Sesar ini seperti Agam, Bukittinggi, Padangpanjang-Batipuh, Kabupaten dan Kota Solok harus mewaspadai gempa darat ini. Sebab; Pertama, gempa darat ini lebih banyak menimbulkan korban daripada gempa yang berasal dari laut, meskipun kekuatannya lebih kecil, karena biasanya sumber gempanya dekat dengan pemukiman. Kedua, periode ulang gempa darat di Sumbar ini acak sekali.
Coba perhatikan gempa besar dan merusak yang pernah terjadi di darat ini: 1926, 1943, 1977, 2004, 2007. Lumayan acak bukan? Jadi sekali lagi, masyarakat d Sumbar, terutama yang berada di kota/kabupaten yang disebutkan di atas, harus selalu siap-siaga. BPBD kota/kabupaten harus terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat di daerah tersebut agar kapasitasnya meningkat, kerentanan dikurangi sehingga risiko bisa diminimalisasi.”