infosumbar.net – Di awal tahun 2020, Pertamina wilayah Sumatera Barat membuat sebuah gerakan. Tagline “Energi Kampuang Awak” dilabelkan untuk gerai terujung Pertamina bernama Pertashop.
Perlahan-lahan, gerai mikro ini mampu “memigrasikan” publik dalam konsumsi BBM. Setahap demi setahap publik mulai beralih dari BBM Ron 90 (Pertalite) ke BBM Ron 92 (Pertamax Bult).
Setiap program tentulah menghadirkan dua sisi kehidupan. Ada terobosan dan di baliknya juga menghadirkan tantangan. Bertambahnya gerai penjualan sudah bisa dipastikan menuntut tambahan layanan pendistribusian. Di sinilah PT Elnusa Petrofin selaku distribution function harus melahirkan inovasi.
Jarak tempuh yang jauh dari entry point pengisian BBM ke titik terluar penyaluran haruslah dipangkas. Waktu tempuh dalam mendistribusikan BBM haruslah dipersingkat.
Satu-satunya jalan untuk memangkas itu adalah mendekatkan entry point pengisian BBM dengan titik penyaluran.
Seperti apa bentuknya? SPBU Hub (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Penghubung-red). SPBU Hub inilah yang berperan sebagai jangkar distribusi Energi Kampuang Awak.
Sebagai pelaku dan pemilik salah satu Pertashop, saya merasakan sekali benefit dari inovasi ini. Di awal berdirinya usaha kami (Desember 2022-red), BBM Pertamax Bult didatangkan dari Padang (Depot BBM Teluk Kabung-red).
Kurang sebulan berjalan, pasokan sudah dapat dialihkan ke SPBU Hub Koto Baru, Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota. Perpindahan ini lebih memudahkan dan mempercepat loading BBM ke Pertashop kami.
Selain lebih dekat, waktu pengiriman dan kedatangan Mobil Tangki (MT) juga lebih pasti. Jika dari Depot BBM Bungkus Teluk Kabung ke Pertashop kami membutuhkan waktu 4 sampai 5 jam perjalanan, sebaliknya dari SPBU Hub hanya butuh 45 menit perjalanan. Artinya, selain memangkas waktu, kehadiran SPBU Hub juga memberikan kepastian kedatangan dan ketersediaan BBM.
Kalau ditilik lebih dalam banyak sekali benefit dari SPBU Hub ini. Untuk memudahkan kita dalam menilai, penulis mengambil kelompok besarnya saja. Di mata penulis, setidaknya ada empat manfaat yang dapat dihasilkan dari kehadiran SPBU Hub ini.
Pertama, memastikan BBM sampai lebih cepat. Kenapa? SPBU Hub memangkas jarak tempuh dan waktu tembuh Armada (mobil tangki/MT-red). Sebelum hadirnya SPBU Hub semua pengisian dipusatkan di Depot BBM Teluk Kabung (khusus untuk Sumatera Barat-red).
Bayangkan betapa jauh dan lamanya BBM baru bisa sampai di titik distribusi penjualan (SPBU dan Pertashop-red). Untuk sampai ke titik penyaluran dibutuhkan waktu berjam-jam. Kini semuanya sudah terpangkas. Waktu tempuh berjam-jam bisa diubah menjadi hitungan menit.
Khusus bagi penulis, jika sebelumnya menunggu BBM datang lebih kurang 4-5 jam kini berubah menjadi 45-50 menit. Bayangkan betapa efisiennya.
Kedua, memberikan kepastian ketersediaan BBM bagi masyarakat. Disadari atau tidak, kehadiran SPBU Hub telah memudahkan segalanya.
Kenapa? Elnusa Petrofin sebagai pendistribusi sudah mengantisipasi dengan mendekatkan entry point dan menerapkan manajemen persediaan (manajemen stok-red). Setiap SPBU Hub menampung 50-60 KL Pertamax setiap hari.
BBM dengan Ron 92 ini dijaga agar tidak pernah kosong. Empat unit armada berkapasitas 16 KL selalu wara-wiri memastikan tangki penimbunan BBM di SPBU HUB tidak kosong.
Terkadang kalau kebutuhan meningkat, pasokan justru dilipatgandakan. Tujuannya hanya satu, memastikan BBM tersedia dan dengan cepat bisa dihadirkan untuk masyarakat.
Ketiga, membantu cash flow dan manajemen stok bagi SPBU dan Pertashop. Di sinilah pembeda yang sangat terasa bagi mintra terujung Pertamina. Kehadiran SPBU Hub benar-benar membantu bagi Pertashop.
Sebuah Pertashop tak perlu menerapkan safety stock tinggi. Bak main sepak bola, garis pertahanan tidak perlu terlalu jauh ke tengah lapangan.
SPBU Hub memudahkan Pertashop dalam manajemen stok BBM-nya. Batas minimum stok dapat dikendalikan lebih efektif. Pemilik Pertashop dapat menjaga stok rendah dalam menerbitkan Delivery Order (DO-red).
Jika rerata satu Pertashop penjualannya 1.000 an liter per hari maka, ketika stok di tangki penampungan (modular-red) tinggal 40 persen, pemilik masih bisa melakukan penebusan tanpa harus menanggung risiko kekosongan stok dalam penjualan. Ini jelaslah sangat membantu manajemen cash flow dan Manajemen Persediaan.
Keempat, meningkatkan produktivitas armada. Kehadiran SPBU Hub di setiap wilayah (zonasi distribusi) dipastikan dapat memaksimalkan mobilisasi kendaraan (MT-red). Armada kecil dengan daya angkut 5.000 Liter sampai 8.000 Liter dipastikan berotasi maksimal setiap hari.
Rerata ritase armada ini berjalan dua gelombang per hari. Ring 1 (ritase pertama) berlangsung dari pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB. Sedangkan ring 2 (ritase kedua) berlangsung dari pukul 13.00 WIB – 19.00 WIB.
Untuk memenuhi permintaan konsumen (Pertashop-red) setidaknya setiap SPBU Hub membutuhkan 4 sampai 5 unit armada. Semuanya itu tergantung luas wilayah operasional dan trun over kebutuhan BBM. Artinya, jika wilayah operasionalnya luas dan permintaan BBM masyarakatnya tinggi maka jumlah armadanyapun relatif banyak, begitu juga sebaliknya.
Moment Khusus dan Pemberlakuan Khusus
Tak Sumatera Barat namanya kalau anak negerinya tak mampu berinovasi. Keindahan alam Ranah Minang seolah-olah mentakdirkan ranah ini menjadi destinasi wisata.
Faktanya, ketika libur tiba, baik libur lebaran ataupun long week end, ranah ini mengalami lonjakan arus lalu lintas berkali lipat. Contoh, jika dalam waktu normal Padang-Bukittinggi dapat ditempuh dengan 3 jam perjalanan ketika long week end atau lebaran bisa berkali kali lipat dari itu.
Apa kaitannya dengan Pertamina Patra Niaga dan Elnusa Petrofin? Kendaraan yang padat dan arus lalu lintas yang meningkat tentulah membutuhkan tambahan Bahan Bakar. Dipastikan di momentum itu permintaan naik berkali kali lipat.
Pertamina Patra Niaga haruslah menaikkan dan menjaga stok BBM-nya dan Elnusa Petrofin juga harus memastikan BBM dapat terkirim dengat cepat agar tak terjadi kekosongan di titik penyaluran. Di sisi lain, jalanan terlihat padat dan terkadang terpantau macet parah.
Ini jelas sebuah tantangan. Satu sisi, jalanan padat dan atau macet, di sisi lain BBM harus tetap disalurkan dengan cepat. Harus ada akal, harus ada strategi. Di sinilah diskresi “pemberlakuan khusus dalam momentum khusus” dilakukan.
Apakah diskresi brilian ini juga terjadi di Provinsi lain. Satu hal yang pasti, Pertamina Patra Niaga dan Elnusa Petrofin selaku badan usaha yang bertanggung jawab selalu melakukan tindakan khusus dalam momentum khusus.
Target kerja mendatangkan BBM dengan cepat dan tepat harus dibuktikan di lapangan. Selain membentuk satgas, Pertamina Patra Niaga dan Elnusa Petrofin juga melakukan “pemberlakuan khusus”
Seperti apa pemberlakuannya? Pangawalan khusus. Maksudnya, Elnusa Petrofin berkolaborasi dengan Direktorat Lalu Lintas Polda Sumatera Barat. Mobil Polisi Jalan Raya (PJR) digunakan sebagai pengawal untuk membuka arus jalan.
Dua unit mobil PJR ditempatkan. Satu di bagian depan yang berperan membuka jalan dan satu unit di bagian belakang yang bertugas mengunci rombongan mobil tangki (armada BBM/MT-red).
Sistem pengawalan ini dilakukan setiap libur lebaran untuk setiap zona distribusi. Jumlah armada mobil tangki dalam setiap rombongan (konvoi-red) juga beragam. Ada yang 10-15 unit dan ada yang di bawah itu. Semuanya tergantung luasan wilayah dan banyaknya SPBU yang akan dipasok. Konvoi armada tangki ini dimulai pagi hari dan kembali siang menjelang sore hari.
Distribusi dengan pengawal khusus ini berlangsung selama seminggu. Mulai H-1 lebaran hingga H+7 lebaran. Kenapa? Karena itulah momentum puncak lebaran. Dalam rentang itu arus lalu lintas meningkat berkali kali lipat. Jangankan untuk melaju cepat, bergerak lambat saja kendaraan sudah kesulitan. Untuk itulah dibutuhkan pengawalan.
Efektifkah! Sangat efektif. Semenjak empat tahun belakangan setiap lebaran kita tidak ditemukan lagi kelangkaan atau kosongnya di titik penyaluran (SPBU dan Pertashop). Tumpukan kendaraan di kawasan SPBU dan Pertashop masih mampu dilayani dengan baik.
Berdampakkah pada harga jual? Tidak. Perlakuan khusus dalam momentum khusus ini tidaklah menimbulkan beban khusus pula bagi mitra Pertamina dan Elnusa, apalagi bagi masyarakat.
Harga BBM yang dikawal khusus itu tetaplah sama dengan harga-harga sebelumnya. Tidak ada tambahan biaya, semuanya itu menjadi tanggungan Elnusa Petrofin. Mungkin di sinilah bentuk pengabdian dan pengorbanan atas tugas dan tanggung jawab. Semoga saja komitmen dan kreasi ini selalu terjaga. (*)
Oleh Two Efly, Wartawan Padang Ekspres








