Oleh : Shaloom Shazi Kirana
(Mahasiswa D4 Bahasa Inggris Bisnis dan Profesional, Politeknik Negeri Padang)
Di tengah indahnya suasana pedesaan Sumatera Barat, ada sebuah tradisi yang masih tetap ada di kalangan masyarakat Minangkabau, yaitu Marawa Malamang. Tradisi memasak lemang tidak hanya tentang kenikmatan kuliner saja, namun juga tentang kebersamaan, gotong royong, dan menghormati leluhur. Malamang diadakan pada berbagai acara adat seperti perayaan hari raya Islam, upacara adat atau kumpul keluarga besar.Lemang, inti dari tradisi ini, adalah hidangan yang terbuat dari ketan yang dimasak dalam balok bambu dengan santan dan daun pisang. Memasak yang membutuhkan kesabaran dan waktu yang lama, sekitar 4-5 jam, merupakan momen penting bagi masyarakat untuk berkumpul dan beraktivitas.
Acara Marawa Malamang biasanya diawali dengan persiapan bahan-bahannya. Perempuan biasanya bertugas membuat ketan dan santan, serta memotong daun pisang untuk dijadikan pembungkus. Sementara itu, para laki-laki sibuk mencari bambu yang tepat dan memotongnya sesuai ukuran yang diinginkan. Semua aksi tersebut dilakukan dengan penuh tawa dan dalam suasana bersahabat.Setelah proses memasak dimulai, bambu yang diisi campuran beras ketan dan santan dibakar di atas bara api panas. Sembari menunggu lemang siap, masyarakat biasanya mengadakan berbagai kegiatan seperti menceritakan sejarah dan filosofi di balik tradisi Malamang, menyanyikan lagu-lagu daerah, atau bahkan mengadakan permainan rakyat. Semua itu mempererat rasa kebersamaan dan kekeluargaan di antara mereka.Malamang tidak hanya berarti memasak lemang, tetapi juga merupakan simbol gotong royong dan kolaborasi yang merupakan inti nilai-nilai masyarakat Minangkabau. Tradisi ini mengajarkan pentingnya berbagi tugas dan saling membantu mencapai tujuan bersama.
Selain itu, Malamang juga sering dijadikan momen untuk menghormati leluhur dan menjaga silaturahmi antar keluarga besar.Di akhir pemasakan, lemang dinikmati bersama. Rasa lembut dan tekstur lembut adalah puncak dari keseluruhan pengoperasian.
“Berbagi lemang yang dimasak dengan matang merupakan simbol kebersamaan dan rasa syukur masyarakat Minangkabau” Ucap Muharni, salah satu warga Kota Padang.
Lemang juga sering dibagikan kepada tetangga dan kerabat sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas.Marawa Malamang adalah contoh nyata bagaimana tradisi kuliner dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kohesi dan menjaga hubungan sosial dalam suatu masyarakat.
Di era modern ini, tradisi Malamang masih relevan dan mengingatkan kita akan pentingnya nilai nilai gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya Minangkabau. Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Minangkabau tidak hanya melestarikan warisan budayanya, namun juga menanamkan nilai-nilai luhur pada generasi muda.Bagi siapapun yang berkesempatan menghadiri atau menyaksikan Marawa Malamang, pengalaman tersebut tentunya akan menjadi kenangan yang bermakna dan pemahaman yang lebih mendalam akan kekayaan budaya Minangkabau yang luar biasa.