Kearifan lokal masyarakat kita, terutama nenek-nenek kita di zamannya memang sangat luar biasa. Pepatah “Alam Takambang Manjadi Guru” memang sangat terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Banyak hal dari alam yang dimanfaatkan untuk kehidupan.
Salah satunya parutan kelapa sisa remasan santan. Seperti kita tahu santan merupakan salah satu elemen utama masakan di Ranah Minang. Banyak masakan-masakan minang menggunakan unsur santan.
Ternyata pemanfaatan kelapa tidak hanya sampai pada air santannya saja. Ampas kelapa sisa remasan santan tersebut ternyata masih bisa digunakan. Salah satunya untuk membersihkan lantai.
Seperti kita tau, sebelumnya adanya lantai keramik seperti sekarang dulu lantai hanya berupa semen yang datar dan licin. Nah, nenek-nenek di zaman dulu menggunakan ampas kelapa sisa santan ini untuk membersihkan lantai layaknya pembersih lantai zaman sekarang.
Caranya cukup dengan manaburkan ampas sisa kelapa tersebut ke lantai. Lalu lantai diusap-usap menggunakan ampas kelapa tersebut. Kotoran-kotoran di lantai pun akan terangkat karena lengket pada sisa parutan kelapa tersebut. Lantai pun akan mengkilap.
Selain untuk membersihkan lantai ada satu hal lagi pemanfaatan parutan kelapa sisa santan yang saya dapatkan. Menurut salah satu orang tua di kampung, dulu parutan kelapa sisa santan akan diperam. Dimasukkan ke dalam wadah atau dibungkus selama satu atau dua malam. Nanti akan keluar lagi semacam cairan yang dinamakan “katapang”.
Cairan tersebut kemudian dioleskan ke rambut. Gunannya adalah untuk membuat rambut mengkilap dan memperlambat tumbuhnya uban. Meskipun sudah berusia lanjut banyak diantara kakek-nenek di zaman dulu yang ubannya sedikit karena memanfaatkan parutan kelapa sisa santan ini.
Mau mencoba?