Oleh : NOFRIANDI DJAFRI
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UNAND
Berkembangnya teknologi dan masuknya dunia digital ke hampir semua lini kehidupan, mengubah banyak hal, tak terkecuali perilaku manusia. Era digitall mengubah banyak hal dan secara langsung mengubah pola pikir seseorang saat sedang melakukan sesuatu.
Generasi muda Indonesia perlahan mulai meninggalkan karakter bangsanya. Bahkan, karakter generasi muda saat ini sangat bergantung pada trend yang beredar melalui digital termasuk media sosial.
“Tantangan negeri ini cukup berat. Dengan berbagai kasus yang menimpa perilaku masyarakatnya, memperlihatkan bahwa negeri ini terancam karakter kebangsaannya. Banyak kasus kekerasan, pornogradi, kemiskinan, minimnya ketahanan keluarga, korupsi dan bahkan narkoba. Dan mengerikannya, saat ini pornografi pun dengan mudahnya diakses di era digital. Inilah ancaman sebenenarnya yang bahkan sama berbahayanya dengan narkoba itu sendiri.
Dengan tantangan yang begitu banyak, menjadi PR besar bagi bangsa Indonnesia untuk tetap bisa membangun karakter bangsa ini pada setiap generasi calon pemimpin bangsa ke depannya. Terlebih, gadget yang dengan mudahnya didapatkan oleh siapa saja, memberikan akses yang tidak terbatas pada siapa pun, bahkan anak-anak. Ia menilai bahwa gadget inilah permulaan masuknya berbagai hal yang bisa mengubah perilaku manusia.
Permasalahannya, semakin maju teknologi memang membuat generasi muda menjadi cerdas secara kognitif namun lemah secara afektif. Hal ini tampak pada keseharian, dimana membully, menghina dengan terang-terangan di media sosial, perilaku kekerasan, hingga karakter seksual menyimpang tak lagi menjadi hal yang tabu atau bahkan malu untuk diperlihatkan.
Di tengah berkecamuknya dampak-dampak tersebut, solusi pendidikan yang berkarakter kebangsaan dan dibentengi dengan keyakinan pada nilai-nilai norma ketuhanan dan sosial, menjadi solusi yang tidak mudah untuk ditegakkan. Terlebih era revolusi industri 4.0 memaksa manusia untuk berubah, seiring dengan perubahan penemuan teknologi baru yang semakin cepat.
“Kembali lagi, bahwa penguatan karakter kebangsaan dan akhlak yang baik sedari dini, sejak di lingkungan keluarga sangat perlu ditekankan. Jangan sampai dengan kemajuan teknologi ini, handphone pintar tapi manusia bodoh, smart-phone, dump-people,”.
Pada era globalisasi, teknologi komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku manusia terutama perilaku remaja. Perkembangan teknologi komunikasi adalah salah satu faktor yang menyebabkan adanya tekanan untuk berperilaku atau bersikap sebagaimana yang tampak dari teknologi yang ada. Sebut saja televisi, handphone/ smartphone. Munculnya perubahan perilaku dalam kehidupan sosial ini, berakibat terhadap penurunan nilai dan norma dalam kehidupan sosial, khususnya di kalangan remaja.
Teknologi informasi dan komunikasi pada era modern ini menjadi media terciptanya komunikasi global antar penjuru dunia. Seperti pertukaran informasi lintas negara yang sangat cepat. Tetapi acapkali teknologi informasi dan komunikasi ini juga digunakan untuk melakukan perilaku yang tidak baik seperti penipuan, mengunduh situs/ konten dewasa ataupun mendownload gambar atau video dewasa yang berakibat terhadap menurunnya moralitas bangsa.
Pada era teknologi informasi dan komuniitakasi banyak tren berkembang yang kemudian diikuti oleh remaja. Sebut saja melalui /fasilitas chatting, video call, dan sebagainya. Adanya silang informasi antar berbagai negara di penjuru dunia menjadi bagian yang mendukung, membangun dan menyebarkan informasi secara cepat dan tanpa filter. Setiap remaja, tidak harus berusaha keras untuk mendapatkan informasi yang terjadi di berbagai bidang.
Cukup mengetik “keyword” (kata kunci) di keyboard menggunakan koneksi jaringan internet, mereka bisa mengakses apa saja yang mereka mau. Kemajuan Industri teknologi komunikasi telah membuka ruang yang sangat luas dalam terjadinya interaksi antar nilai budaya dan agama yang ada di seluruh belahan dunia ini.
Informasi yang diterima ini kemudian mempengaruhi pun mengubah cara pandang, budaya dan perilaku remaja. Perkembangan teknologi komunikasi di lain sisi juga mengakibatkan karakter remaja cenderung menurun/ buruk. Karena perilaku yang ada pada diri mereka berasal dari konten-konten yang mereka dengar ataupun lihat di media. Selain itu, perkembangan industri komunikasi ini juga berakibat kepada penurunan nilai budaya dan agama yang ada. Mereka lebih meng “iya” kan apa yang mereka lihat melalui media. Utamanya dalam melihat pola pergaulan remaja maupun orang dewasa yang ada di negara maju yang membiarkan perilaku seks bebas (free sex).
Bagi remaja saat ini, seks bukan merupakan hal asing. Para remaja yang ada di tanah air kemudian ikut meniru apa yang ada di negara liberal. Sehingga menyebabkan penurunan nilai moral dan etika. Mereka bebas melakukan apa saja yang berkaitan dengan seks secara mudah, tanpa rasa takut dan “was was”. Penampilan mereka juga berubah selayaknya remaja barat dalam berpakaian. Budaya asing (barat) kemudian turut menjadi budaya generasi bangsa.
Mereka tidak mengindahkan rasa malu, bahkan cenderung bangga untuk berpakaian (kurang pantas). Begitupula dengan perilaku seks yang secara tidak langsung juga difasilitasi oleh kemajuan teknologi informasi. Seolah-olah mereka melakukan seks di dunia artifisial atau dunia maya.
Perilaku seks menyimpang di kalangan remaja relatif akan melahirkan berbagai tindakan tidak senonoh. Seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, aborsi, asusila, dll. Perilaku seks tersebut akan menjadi hal biasa yang dipertontonkan kepada teman-temannya atau bahkan publik. Mereka dapat mengabadikan melalui rekaman video terhadap apa yang mereka lihat dan menyebarluaskannya lewat sarana teknologi informasi dan komunikasi.
Selanjutnya bisa dikatakan bahwa media memiliki peranan dalam menyebarluaskan perilaku-perilaku seksual remaja saat ini yaitu melalui framing berita yang dapat mempengaruhi opini masyarakat lainnya. Maka dalam hal ini perilaku seks remaja sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi dan komunikasi. Mulai dari mempengaruhi aktivitas maupun perilaku seks remaja hingga konstribusi konstruksi media dalam menyebarluaskan kasus-kasus terkait seks remaja.