Bonjol, (infosumbar) – Nama Tuanku Imam Bonjol tentu sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Beliau adalah pahlawan nasional yang berasal dari Pasaman, Sumatera Barat.
Namun, tak banyak yang tahu di tanah kelahirannya, di Bonjol, Pasaman terdapat museum khusus untuk mengenang jasa dan perjuangan Tuanku Imam Bonjol.
Terletak di Jalan Lintas Sumatera, di Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat museum tersebut berdiri kokoh tepat di garis Khatulistiwa. Tepat di halamannya terdapat patung dari sang pahlawan sedang menunggangi kuda.
Museum ini terbuka untuk masyarakat umum dengan jam kunjungan pada Selasa-Kamis dari pukul 07.30 WIB-16.00 WIB, Jumat pukul 07.30 WIB-11.30 WIB dan dilanjutkan pada pukul 14.00 WIB-16.00 WIB, serta Sabtu dan Minggu pada pukul 09.00 WIB-16.00 WIB. Untuk berkunjung ke museum ini tidak perlu membayar, tetapi saat masuk pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu.
Gedung museum ini terdiri dari dua lantai, pada lantai pertama terdiri atas 2 ruang dan lantai kedua terdapat satu ruangan luas.
Saat pertama kali masuk pengunjung disambut dengan lukisan besar dari Tuanku Imam Bonjol. Berdasarkan informasi dari pengurus museum, lukisan tersebut dibuat oleh Jendral Hoegeng, mantan Kapolri pada masa pemerintahan Soeharto.
Pada lantai satu di ruangan sebelah kiri terdapat ruang baca dengan beberapa bacaan populer. Ada pula buku-buku kuno yang dipajang di lemari kaca. Jika dilihat sekilas, di atas sampulnya yang mulai kusam tertulis beberapa kosakata yang menggunakan Bahasa Belanda. Beberapa benda bulat yang merupakan bekas peluru meriam. Namun tidak ada informasi rinci terkait benda tersebut.
Di sebelah kanan dari pintu masuk terdapat beberapa baju tradisional yang dilipat rapi-rapi dalam etalase kaca. Di sampingnya tertata pula baju-baju bekas militer Indonesia. Jika melihat ke luar terpampang jelas relief yang menggambarkan perjuangan Tuanku Imam Bonjol.
Selanjutnya pada lantai kedua terdapat sebuah ruangan luas yang menyimpan berbagai koleksi senjata. Mulai dari senjata tradisonal, seperti pisau, parang, pedang, tombak hingga beberapa pistol. Terdapat pula koleksi uang kuno dari berbagai negara.
Pada lantai dua ini dindingnya dipenuhi dengan lukisan yang menceritakan perjuangan Tuanku Imam Bonjol. Di tengah-tengah ruangan dipajang beberapa benda antik, seperti guci, piring keramik, peralatan makan, dan beberapa alat musik.
Di sebelah kiri ruangan terdapat tiga etalase kaca yang tegak memanjang menampilkan baju-baju pada masa itu. Ada pakaian raja, pakaian damang dan pakaian kaum paderi.
Koleksi di museum ini cukup menarik dan informatif, meskipun pada beberapa benda ada yang tidak disertai informasi detail. Dan cukup disayangkan museum ini sepi pengunjung dan kurang terekspos. Bagaimana? Tertarik untuk berwisata sambil belajar sejarah di Museum Tuanku Imam Bonjol? (iif)