Di era digital seperti saat sekarang, handphone tidak hanya di pakai untuk menelfon namun sudah menjadi lifestyle. Dimana pada setiap kegiatannya semua orang membutuhkan handphone untuk selalu berada di genggaman-nya. Oleh karena itu keberadaan konter handphone sangatlah penting. Sekarang konter handphone tidak hanya menjual pulsa dan kartu telfon saja namun, juga casing, charger, anti gores, dan berbagai kebutuhan untuk smartphone lainnya.
Sama seperti Monic Cell Bukittinggi, konter handphone yang sudah berdiri dari tahun 2005 ini telah merasakan perubahan dimana handphone masih digunakan sebagai alat komunikasi untuk telfon/sms saja sampai kini handphone digunakan untuk berbagai hal. Dengan keadaan dimana semua orang sudah memiliki ponsel yang canggih tentunya semakin banyak orang yang berminat untuk membuka bisnis di bidang ini. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Monic Cell Bukittinggi yang telah memiliki 3 cabang, yang salah satu cabangnya terletak di jalan Guru Hamzah, Tarok Dipo, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi. Sebab di awal keberadaannya tidak terlalu banyak pesaing yang ada.
Jika dulu pesaingnya hanya sesama toko offline, kini persaingannya semakin berkembang ke toko-toko di e-commerce. Bahkan mereka bisa menjual barang-barangnya dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan barang yang di jual di toko offline. Tentunya untuk tetap bersaing dikeadaan ini para pemilik usaha harus memutar otak agar bisnis mereka tetap berjalan dan tidak gulung tikar.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Rioni Hajrie, owner dari Monic Cell Bukittinggi. “Untuk tetap mempertahankan bisnis di kondisi seperti ini taktik yang kita gunakan adalah dengan mencari barang yang berbeda dari toko lain. Jadi, kita membeli dari supplier langsung di Jakarta. Kemudian, kita cari barang yang berbeda dengan barang yang ada di supplier kota Bukittinggi.”
Kemudian dalam menghadapi persaing di toko-toko yang berjualan di e-commerce beliau mengatakan “Alasan kenapa kita masih bisa bertahan di toko offline di tengah maraknya toko online adalah karena jarak. Sebab untung ongkos kirim ke daerah di pulau Sumatera relatif mahal, terlepas dari adanya gratis ongkir yang diberikan oleh pihak ketiga. Selain itu untuk pembelian lewat online sering terjadi kesalahan dalam pengiriman barang. Sementara di toko offline jika ada kesalahan bisa langsung komplain dan juga adanya service-service yang tidak bisa di dapatkan di toko online. Contohnya untuk memasangkan anti gores dan hal ini dalam pelayanan-nya akan berbeda.”
“Untuk toko online di e-commerce kami juga ada, tentunya kita harus mengikuti perkembangan zaman juga. Tapi untuk barang-barang yang dijual kita ada strateginya tersendiri dimana kita jual barang yang sudah sold di toko lain baru kita jual di toko kita. Sebab kalau kita jual barang di waktu yang sama kita pasti akan kalah. Karena, toko-toko online tersebut mendapatkan barangnnya dari supplier langsung sehingga mereka pasti bisa lebih mengontrol harga. Sementara kalau kita sudah pakai ongkos kirim dari suplier ke Bukittingi, untuk kita kirim lagi kan butuh ongkos kirim lagi, jadi lebih sulit untuk bermain harga.”
“Sementara untuk strategi yang di pakai di toko offline adalah dengan cari barang-barang yang berbeda. Dengan memerhatikan kelengkapan tipe dan kelengkapan model jangan sampai kita terpaku pada satu model saja. Sementara untuk paket internet dan paket telfon kita juga harus lengkap karena semua toko sekarang jual paket, dari warung sampai aplikasi online juga jual paket. Selain itu kita juga harus bisa bersaing di harga karena persaingan harga yang sangat ketat dari satu toko dengan toko lain. Dan yang tidak kalah penting kita juga harus memegang ‘kuncian’ barang yang cuma di toko kita yang ada sehingga kita bisa memainkan harganya disitu. Karena kita punya lebih dari satu cabang kita sadar bahwa masing masing cabang memiliki selera dan kebutuhan yang berbeda jadi kita harus jeli melihat pangsa pasar. Kita juga harus menuruti kemauan konsumen, Konsumen maunya apa. Jangan Cuma karena di toko yang satu barang itu laku kita bawa ke toko yang satunya harus laku juga. Karena tiap konsumen pasti berbeda beda.”
Beliau menambahkan sekaligus mengakhiri sesi interview dengan “Tambahannya, yang terpenting adalah pelayanan karyawan. Selain melayani konsumen, karyawan juga harus tau dengan barang apa saja yang akan dijual. Selain itu karyawan juga harus mengerti dengan keinginan pelanggan. Salah satunya dengan menguasai barang yang diinginkan konsumen dan apa yang tidak diinginkan oleh konsumen istilahnya karyawan harus bisa membaca pikiran si konsumen. karena kita sebagai owner tidak tiap jam bisa ada di toko, maka dari itu ‘front liner’ dalam hal ini karyawan, harus mengerti dengan pangsa pasar dan hanya bukan sekedar melayani namun juga dan keramahan sangat diutamakan. Jadi, intinya dari kenyamanan orang berbelanja, keinginan konsumen harus di dengar. terus harus selalu ada solusi dari semua kendala, itu yang penting dalam berdagang.”
Nadia Alifia
(mahasiswa departemen manajemen, universitas anadalas)