Sudah sepantasnya prilaku-prilaku negatif itu dihilangkan dan pelakunya mendapatkan hukuman. Tapi, nggak semua orang berpikiran seperti itu. Ada orang-orang yang berprilaku negatif dan merugikan orang lain yang justru menganggap prilakunya tersebut keren. Alhasil, orang-orang kayak gini nggak mau dibilangin dan kekeuh dengan perbuatan negatifnya. Kadang kita malah capek sendiri bilanginnya dan dari pada berdebat akhirnya dibiarkan. Seperti prilaku berikut ini:
1. Pakai Knalpot Racing
Nggak tahu apa yang ada di pikiran anak-anak muda atau remaja yang pakai motor dengan knalpot racing. Menurut mereka memakai knalpot racing itu keren banget, berasa jadi pembalap. Tapi mereka nggak nyadar kalau knalpot racing itu menganggu banget. Bisingnya itu ya Allah, rasanya pengen gesek-gesekin kepala yang punya motor ke aspal. Apalagi kita lagi asik-asik ngobrol sama temen, eh tiba-tiba lewat pembalap dadakan pake knalpot racing, nah itu ngeselin banget. Tapi, ya gitu, buat mereka tetap aja keren.
2. Ngerokok
Nah, ini biasanya para perokok pemula yang masih usia remaja atau sekolah yang baru nyoba-nyoba buat ngerokok. Mereka ini yang masih menganggap kalau dengan rokok mereka jadi keren. Liat aja kelau mereka ngerokok, gayanya udah kayak orang dewasa. Kalau bahasa minangnya, “Kagadang-gadangan”.
3. Ngirim Gambar dan Broadcast info Korban Kecelakaan
Satu lagi perbuatan negatif yang dianggap keren sama pelakunya adalah ngirim broadcast info kecelakaan plus gambar-gambar korbannya. Dan jika ditanya kepada mereka yang melakukan hal ini jawabannya apa coba? Nolongin agar membantu keluarga korban mengetahui kondisi si korban.
Mereka yang mengirim gambar dan broadcast info kecelakaan ini merasa kalau apa yang mereka lakukan itu bisa membantu korban, padahal sebaliknya, apa yang mereka lakukan justru melukai perasaan keluarga korban dengan menyebarkan foto-foto jasad keluarga mereka. Nah, buat kalian yang masih melakukan ini berhentilah mulai dari sekarang, apa yang kalian lakukan itu sama sekali tidak membantu.
4. Mengganti Nama-Nama Tempat Dengan Nama-Nama Gaul
Tahun 2014 lalu sempat populer nama ‘Bukit Nobita’, usut punya usut ternyata itu adalah Bukit Tigo Tungku Sajarangan. Entah siapa yang mengganti namanya menjadi Bukit Nobita.
Fenomena penggantian nama-nama tempat ini sering terjadi, bahkan kadang nama tempat yang dalam bahasa minang diubah menjadi bahasa Indonesia. Maksudnya mungkin bagus, tapi pada kenyataannya nggak begitu. Banyak nama tempat yang di-Indonesiakan tapi artinya berbeda dengan aslinya. Misal, Alang Laweh yang di-Indonesiakan menjadi Alang Lawas. Laweh dan Lawas berbeda maknanya. Ada juga Padang Mangateh menjadi Padang Mengatas.
Mungkin mereka yang mengganti nama tempat dan mengindonesiakannya merasa keren. Padahal nggak gitu, nama tempat harusnya dipelihara sesuai aslinya karena bisa jadi ada asal-usul yang berkaitan dengan nama tersebut.
Apalagi Bukit Nobita, mungkin nanti ada lagi Air Terjun Naruto, Pantai Dragon Ball, Gunung Sasuke, Telur Doraemon, Danau Shinchan. Ini Sumbar isinya malah film kartun semua nanti.
5. Orang Minang Yang Sok-sok an Pakai Bahasa Indonesia
Nah ini orang-orang yang menyebalkan, orang minang yang ngobrol dengan sesama orang minang tapi sok-sok-an pakai bahasa Indonesia padahal bahasa Indonesianya belepotan.
“Caliak punyo kamu ha…”
“Eeee.. jan lah. Punyo aku nggak bagus doh.”
