4. Tabuik Bukan Kebudayaan Asli Pariaman
Jika ingat Pariaman pasti salah satu yang terbayang adalah Festival Tabuik. Acara ini merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat Pariaman yang sudah ada sejak 826-1828 Masehi di Pariaman.
Apakah itu Festival Tabuik? Tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang di padang Karbala.
Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab ‘tabut’ yang bermakna peti kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.
Baca Juga: Pariaman Gelar Festival Pesisir 2015 di Pantai Gandoriah
Baca Juga: Oknum Penyuluh Agama Tertangkap Mesum di Pariaman
Tapi, tahukah kalian bahwa sebenarnya Festival Tabuik bukanlah kebudayaan asli Pariaman?
Pariaman merupakan daerah pesisir dan di sinilah banyak pedagang-pedagang dari berbagai belahan dunia singgah. Karena hal itu, maka terjadilah akultirasi budaya lokal dengan budaya baru yang dibawah oleh pendatang.
Konon budaya tabuik dibawa oleh orang-orang India penganut Syi’ah. Tapi di Pariaman hingga saat ini tidak orang Syi’ah, kok bisa? Hmmm.. jadi pada tahun 1910 muncul kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau, sehingga berkembang menjadi seperti yang ada saat ini.
Dan sejak 1982 Tabuik dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata ke Pariaman dan menjadi event tahunan.
bersambung ke halaman selanjutnya