Infosumbar.net – Maelo pukek merupakan cara tradisional yang dilakukan oleh nelayan Minangkabau untuk menangkap ikan di pinggir laut atau pantai.
Maelo pukek artinya menarik pukat untuk menangkap ikan di laut. Maelo pukek merupakan tradisi. turun-temurun bagi nelayan hampir dibseluruh pesisir Ranah Minang
Sebelum maelo pukek, nelayan terlebih dahulu menyebar pukek ke laut dengan jarak 200 hingga 250 meter dari bibir pantai menggunakan menggunakan perahu.
Pukek ditebar melebar mengikuti garis pantai kemudian nelayan kembali ke pinggir pantai. Setelah menunggu 15-20 menit masing-masing ujung pukek mulai ditarik, kemudian ikan terjebak di bagian tengah jaring.
Ikan-ikan kecil akan terlepas karena ukuran pukat sudah diperhitungkan besaran ikan yang akan ditangkap. Saat nelayan maelo pukek, tidak sedikit pula masyarakat atau pembeli ikan itu menyaksikan dan kegiatan tersebut menjadi daya tarik para wisatawan terutama pada Sabtu dan Minggu.
Salah seorang anggota Kelompok Nelayan Kasiak Angek Purus (KNKAP) di Kampung Tematik Elo Pukek Kelurahan Purus Kota Padang, Sumatera Barat, Basarudin majid (63) mengatakan tradisi maelo pukek sudah ada sejak zaman dahulu, dan tidak bisa memastikan sejak tahun berapa maelo pukek ini dimulai oleh nenek moyang.
“Maelo pukek ini memiliki makna yang dalam sebenarnya selain menjaga tradisi turun-temurun, kerjasama para nelayan dilakukan secara bergotong-royong, yang tak lepas dari tradisi orang Minang,” ucapnya saat menggulung tali pukek setelah menangkap ikan, Sabtu (03/09/2022).
Menurut Majid, tradisi ini dilakukan secara berkelompok sebanyak 8 hingga 16 orang nelayan menarik pukek dalam kurun waktu 1 sampai 2 jam, dan dalam satu hari, para nelayan dapat maelo pukek 2 sampai 5 kali, tergantung cuaca untuk melaut.
“Jika cuaca bagus, nelayan dapat maelo pukek hasil tangkapannya 2 sampai 5 kali dalam sehari. Justru sebaliknya, kalau cuaca buruk, maelo pukek hanya dilakukan satu kali bahkan tidak sama sekali,” terangnya.
Menurut Majid, tradisi maelo pukek wujud kekompakan nelayan, dulu meski yang punya pukek satu orang, tetapi yang terlibat untuk menariknya ke pinggir pantai butuh beberapa orang dan itu biasanya kerabat sekitar tempat tinggal, saudara.
Kini tradisi Maelo Pukek itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Purus, karena kearifan lokal yang masih terjaga hingga sekarang itu masih ditemukan di Kota ini.
“Wisatawan yang datang juga banyak yang ingin mencoba tradisi Maelo Pukek, mereka juga ikut berpartifipasi menariknya bersama nelayan, hal itu akan menjadi pengalaman tersendiri bagi wisatawan terutama pada hari Sabtu dan Minggu,” ungkapnya.
Hasil tangkapan nelayan dari maelo pukek dijual karena masyarakat cukup antusias membeli ikan-ikan segar di tepi pantai.
Ikan-ikan yang terjaring di pukek adalah ikan yang cukup besar dan ikan yang kecil akan dilepas. Jenis ikan yang didapat berupa ikan beledang, Udang, Maco, Kepiting dan beberapa ikan lainnya. (Nou)