Padang, (infosumbar) – Pemerintah Indonesia mengumumkan untuk menyalurkan bansos sebagai implikasi dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga 2 Agustus mendatang, yang sekarang disebut PPKM Level 4.
Bantuan yang diberikan, di antaranya, berupa beras sebanyak 10 kilogram, kartu sembako Rp200.000 per bulan, bansos tunai Rp300.000 dan lainnya.
Namun tiga pekan PPKM darurat terlewati, dana bansos yang dicairkan sejak kemarin, ternyata tidak dirasakan beberapa warga di Koto Tuo, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat.
“Sejak pandemi saya tidak pernah menerima bantuan sosial dalam bentuk apapun,” ucap Delfia (35 tahun) yang keseharian berjualan di SD 05 Kapalo Koto, namun sejak pemberlakuan PPKM tidak bisa berjualan lagi karena sekolah yang biasa tempat ia berjualan memberlakukan belajar daring.
“Suami saya hanya buruh bangunan, sekarang sudah tidak lagi. Keadaan kami benar-benar melarat saat ini” ucapnya.
Berbagai usaha dicoba Delfia agar bisa mendapatkan Bansos dari pemerintah, termasuk melengkapi syarat agar bisa menjadi salah satu dari ribuan warga yang menerima Bansos tersebut. sampai saat ini bantuan itu tak pernah datang.
“Hampir semua orang di sini, saya rasa mengalami hal yang serupa,” jelasnya.
Nasib pedih juga dialami Jusnidar (70 tahun), janda di Kapalo Koto itu baru pertama kali ini mendengar kata yang namanya Bansos. Sampai saat ini ia tidak pernah mendapat bantuan apa-apa dari pemerintah.
“Saya janda, umur sudah tua, selama ini untuk makan saja saya terpaksa mengangkat batu di sungai. Hanya kami-kami yang tinggal di ujung Koto Tuo ini saja yang hampir tidak dapat sama sekali,” katanya.
Memang ada juga beberapa masyarakat Koto Tuo yang menerima bansos, seperti Normawati (67) dan Amirwan (53).
“Tapi itu sudah delapan bulan yang lalu. Sejak itu kami tak pernah dapat lagi,” ucap Amirwan yang sehari-hari bekerja sebagai pengangkut pasir.
Normawati mengatakan banyak warga Koto Tuo, baik lelaki maupun wanita, tua ataupun muda yang terpaksa mencari batu di sungai demi bertahan hidup di masa pandemi.
“Padahal dari pagi sampai sore kami hanya diupah 45 ribu perorang. Kalau diceritakan pedihnya, mungkin yang mendengar tak bakal percaya,” ujar wanita yang sebelum pandemi berjualan cendol di Kampus Unand ini.
Warga Koto Tuo berharap pemerintah Kota Padang dapat menuntaskan persoalan ini, karena mereka jarang mendapat bantuan dari pemerintah, lebih- lebih bantuan sosial selama pandemi.(mzl/agp)