Infosumbar.net – Kepala Museum Adityawarman, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) Sexri Budiman mengklarifikasi video viral yang memperlihatkan kekeliruan terjemahan informasi Homo Sapiens ke dalam Bahasa Inggris menjadi Gay Men pada papan informasi di Museum Adityawarman.
Sexri menceritakan, kekeliruan terjemahan dalam papan informasi itu terjadi pada tahun 2011, kemudian sekitar tahun 2020-an ada pengunjung yang mengkritik bahwa terjemahan tentang Homo Sapiens tersebut keliru.
Selanjutnya oleh pengelola museum pada saat itu mengambil langkah menutup tulisan tersebut dengan menempelkan kertas putih.
Namun, diduga ada oknum yang melepaskan kertas penutup tersebut hingga tanpa diketahui, ada pengunjung yang mengambil video kesalahan translate tersebut hingga viral di mesia sosial.
“Sebagai manusia kita tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, kami mengakui itu kesalahan kami. Saya mengatakan ini adalah kealpaan masa lalu. Kesalahan yang sudah terjadi kira-kira pada tahun 2011. Kemudian, pada tahun 2020-an sudah ditutup karena ada yang menyampaikan bahwa itu keliru, jadi ditutuplah dengan kertas. Nah, sepertinya ada oknum yang membuka penutup itu, kemudian ada anak muda kita yang kritis melihat hal itu lalu diposting di media sosial hingga viral,” ungkap Sexri.
Sexri mengungkapkan, untuk sementara waktu pihaknya sudah menutup kembali informasi tentang homo sapiens yang keliru tersebut dengan sticker bertuliskan “dilarang memotret menggunakan flash”.
Ia juga menyebutkan telah merencanakan penggantian dan penataan ulang pameran di Museum Adityawarman secepat mungkin.
“Sekarang sudah kita tutup dengan niat mengganti, itu ada tulisan dilarang memotret menggunakan flash. Tapi kita sudah merencanakan penggantian pameran, sudah dianggarkan secara bertahap. Mudah-mudahantahun depan bisa selesai,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sexri menjelaskan, proses penggantian dan tata ulang pameran bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan proses yang panjang karena membutuhkan kajian, melibatkan para ahli serta biaya yang tidak sedikit.
“Untuk mengganti hal itu tentu tidak serta merta begitu saja, untuk mengganti pameran itu butuh kajian dan melibatkan para ahli serta biaya pastinya. Jadi tidak bisa kita copot saja lalu diganti dengan tulisan baru, tidak bisa begitu, di museum ini melibatkan para ahlinya,” terang Sexri.
Di samping itu, Sexri juga mengatakan bahwa keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) di Museum Adityawarman juga menjadi salah satu faktor kealpaan maupun performa museum.
“Selain itu, kita sebenarnya juga mungkin karena keterbatasan SDM juga ya. Kita di sini ASN hanya 12 orang, sementara koleksi kita saja 600 lebih. Itu mesti kita perhatikan semua, dan kita juga punya program lain seperti pameran keliling, ada yang mesti ke lapangan juga,” tandasnya.
Pria yang juga merupakan pencipta lagu minang ternama itu mengimbau kepada masyarakat khususnya pengunjung Museum Adityawarman agar menyampaikan kritik dan saran secara langsung ke pihak pengelola museum ataupun melalui media sosial Museum Adityawarman sehingga kritik dan saran tersebut dapat terkonfirmasi dengan jelas.
“Kami juga mengimbau kepada masyarakat ataupun pengunjung, jika ada kritik maupun saran agar menghubungi kami secara langsung, bisa melalui Direct Message (DM) ig Museum Adityawarman. Kita hargai yang kritis, dan memberi masukan,” pungkasnya.
Sebelumnya, heboh di media sosial video yang diunggah oleh pengguna akun TikTok @Anand yang memperlihatkan kekeliruan terjemahan di Museum Adityawarman pada informasi tentang Homo Sapiens. Kesalahan terjemahan itu terletak dalam tulisan homo sapiens yang diterjemahkan ke dalam Bahasa inggris menjadi this type of gay men
“Gue bukan ahli manusia ya, tapi ini harusnya salah sih, jenis kaum homo, this type of gay men. Di translate homo ama gay dan sumbernya wikipedia. Ini yang di sekolah dimarahi pakai wikipedia ini yang di museum aja make,” ujar TikToker itu di dalam videonya.
Narasi yang dimaksud adalah “Jenis kaum homo yang ini telah memiliki tubuh yang sama dengan manusia sekarang dan juga memiliki sifat seperti manusia sekarang tetapi masih memiliki kehidupan yang sangat sederhana, dan tentunya hidup mengembara (nomaden)” lalu diterjemahkan dalam Bahasa inggris menjadi “This type of gay men who already have a shape similar to the human body now and also has the nature of man now but still has a very simple life, and of course life wandering (nomadic).” (peb)